Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia per Maret 2024 tercatat sebesar 3,05% secara Year on Year (YoY). Meskipun turun 1,92 poin dari periode yang sama di tahun lalu, inflasi di bulan Maret ini lebih tinggi dibandingkan bulan Februari. Hal ini tentu menimbulkan dampak inflasi bagi sejumlah sektor, salah satunya pada aktivitas pasar saham.
Mekanisme Inflasi dalam Ekonomi
Dalam pengertian ilmu ekonomi, inflasi merujuk pada proses meningkatnya harga-harga secara umum dan bersifat kontinyu. Peningkatan ini berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai hal, termasuk konsumsi yang meningkat, likuiditas yang berlebih, hingga tidak lancarnya pendistribusian barang.
Inflasi juga merujuk pada proses penurunan nilai mata uang secara kontinyu, padahal terhadap permintaan barang yang berlebih secara menyeluruh. Keadaan ini sejatinya sering terjadi di berbagai negara dengan adanya kenaikan harga yang terjadi terus-menerus.
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan inflasi. Mulai dari banyaknya permintaan untuk jenis barang atau jasa tertentu hingga meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga bahan baku. Inflasi juga dapat terjadi karena peredaran uang yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan uang itu sendiri.
Dampak Inflasi pada Saham
Sejatinya, inflasi memiliki berbagai dampak pada berbagai sektor, termasuk investasi saham. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya terkait saham itu saja, namun juga emiten penerbit saham. Berikut beberapa dampak inflasi yang dimaksud:
1. Penurunan laba perusahaan
Jika dilihat dari perusahaan atau emiten penerbit saham, adanya inflasi akan menurunkan tingkat laba yang dimiliki. Dampak ini akan sangat terasa bagi emiten yang berkaitan dengan pengolahan atau manufaktur yang menggunakan bahan-bahan baku.
Bahan baku yang terpengaruh oleh kenaikan harga tentu akan menimbulkan dampak kurang baik terhadap kebutuhan emiten tersebut. Bagi emiten-emiten tambang yang mengambil bahan baku dari sumber daya alam, dampak inflasi mungkin akan lebih ringan.
Dengan demikian, inflasi bisa mempengaruhi kinerja perusahaan, baik secara langsung maupun tidak. Biaya produksi dapat meningkat sehingga jika mereka tidak menaikkan harga jual produknya, laba perusahaan bisa turun.
2. Penurunan nilai saham
Inflasi yang tinggi juga dapat menyebabkan turunnya nilai rill dari sebuah saham. Meskipun secara nominal harga saham dapat mengalami peningkatan, namun nilainya bisa saja turun apabila tidak dapat mengimbangi laju inflasi yang terjadi.
Investor yang berinvestasi selama inflasi sebenarnya masih dapat mendapatkan beberapa imbal hasil seperti kenaikan capital gain dan dividen. Sayangnya, dividen ini mungkin saja tidak maksimal karena penurunan laba akibat beban yang meningkat.
Dari harga saham tersebut, valuasi akan tergantung kepada kinerja fundamental perusahaan. Valuasi saham akan dihitung kembali dengan melihat performa emiten. Hal ini akan menyebabkan tekanan pada pasar saham sebagai dampak dari inflasi tinggi.
3. Perubahan suku bunga
Untuk mengendalikan laju inflasi yang tinggi, pihak bank sentral suatu negara biasanya akan menaikkan suku bunga. Kenaikan ini tentu dapat mempengaruhi nilai saham karena membuat berbagai investasi seperti obligasi terlihat lebih menarik.
Lebih lanjut, inflasi tinggi sangat mungkin menurunkan daya beli para konsumen yang pada akhirnya berdampak pada turunnya permintaan pasar. Penurunan ini juga akan berdampak secara langsung atas saham perusahaan yang dijual di pasar modal.
Smart People perlu mengetahui jika dampak inflasi pada sebuah saham pada dasarnya cenderung variatif. Hal ini tergantung dari sejumlah faktor seperti seberapa besar inflasi itu sendiri, kondisi ekonomi secara keseluruhan, hingga kebijakan yang berlaku.
Sektor Saham yang Terdampak Inflasi
Pada dasarnya, adanya inflasi dapat berdampak baik maupun buruk bagi sejumlah sektor saham. Ada sektor yang dapat lebih potensial, namun tidak sedikit pula sektor saham yang dirugikan. Secara umum, berikut beberapa sektor saham terdampak inflasi yang ditemui:
1. Saham di sektor keuangan
Pada dasarnya, saham yang berada di sektor keuangan bisa lebih potensial karena sektor ini dapat turut menaikkan suku bunga yang ditawarkan kepada nasabah. Dengan demikian, margin perusahaan akan meningkat.
Meski demikian, sektor ini juga rawan terhadap dampak negatif yang bisa terjadi. Suku bunga yang naik akan menyebabkan penurunan permintaan kredit oleh nasabah bahkan meningkatnya biaya pinjaman kepada para konsumen.
2. Saham di sektor teknologi
Berbeda dengan saham-saham yang berada di sektor teknologi, karena adanya inflasi sangat memungkinkan terjadinya peningkatan biaya utang. Selain itu, biaya operasional bisa saja naik sebagai akibat dari kenaikan biaya modal, biaya tenaga kerja, hingga infrastruktur.
Hanya saja, inflasi juga dapat mendorong persaingan di antara perusahaan teknologi dalam mengembangkan produk dan layanan yang lebih efisien. Inovasi akan berjalan dengan cepat dan agresif guna memenuhi kebutuhan pasar yang sedang berkembang.
3. Saham di sektor ekspor-impor
Inflasi seringkali juga berdampak pada nilai tukar suatu mata uang. Apabila inflasi lebih tinggi di negara asal pengekspor, mata uang domestiknya mungkin akan lemah dibandingkan mata uang negara tujuan. Perusahaan ekspor bisa lebih berpotensi jika dilihat dari pendapatan mata uang asing, namun bisa rugi jika biaya impor naik.
Itulah beberapa penjelasan mengenai dampak yang ditimbulkan oleh inflasi terhadap saham serta daftar sejumlah saham terdampak inflasi. Guna memastikan imbal hasil yang lebih optimal, pastikan Smart People memilih saham yang aman dari kondisi inflasi.
Untuk melihat saham mana saja yang lebih aman, Smart People perlu menggunakan aplikasi investasi yang tepat. Gunakan RHB Tradesmart ID yang dikenal memiliki fitur beragam dengan jaminan anti-lag. Download aplikasi RHB Tradesmart ID di Play Store atau App Store!
Referensi:
Bank Indonesia. (2020). Inflasi. BI.go.id
Rahmawati, Wahyu Tri. (2023). Begini Dampak Inflasi Tinggi ke Investasi Saham. Kontan.co.id
Rajendra, Rizki. (2023). Inflasi AS Naik, Sederet Sektor Saham Ini Paling Terdampak. Bisnis.com
Rosyda. (2023). Pengertian Inflasi: Penyebab, Macam, Dampak dan Peran Bank Sentral. Gramedia.com
Santika, Erlina F. (2024). Inflasi Tahunan Indonesia (Maret 2020-Maret 2024). Katadata.co.id