Jakarta, CNN Indonesia — Lusia Rita Undani (48) sibuk mencermati telepon pintar miliknya, mengamati sejumlah harga saham di pasar modal melalui aplikasi salah satu perusahaan sekuritas. Akitivitas tersebut aktif dilakukan ibu rumah tangga ini sejak 9 bulan terakhir, sambil membantu sang suami yang membuka usaha bengkel di Pasar Sidumulyo.
Warga Desa Sidorejo, Kecamatan Sidumulyo, Lampung Selatan ini mengenal saham dari program Desa Nabung Saham (DNS), Lampung Selatan. Desa ini merupakan desa kedua program tersebut, setelah Desa Argo Mulyo.
“Saat baru mulai berjalan, saya pernah satu kali dapat untung Rp 1,5 juta dan keuntungan itu saya dapat dalam waktu tiga hari kerja. Bayangkan saja, siapa yang mau menggaji 20 persen sebulan dari modal pokok. Sudah beberapa kali saya dapat untung dari nabung saham,”ujar Rita kepada CNNIndonesia.com, Senin (31/12).
Rita mengaku tak banyak menganalisis saham yang akan dibelinya secara bertele-tele. Ia hanya melihat apakah perusahaan yang akan dibelinya memiliki prospek yang cukup baik.
“Awal pertama (kenal saham) yang saya tahu, hanya buy and sell. Setelah saya coba terus rajin belajar, baca berita dan buka google barulah saya tahu bagaimana caranya supaya bisa cuan,” ungkapnya.
Rita mengaku belum cukup piawai dalam berinvestasi di pasar modal. Namun, ia mengaku rata-rata keuntungan yang diperolehnya kini mencapai sekitar satu persen per hari.
Rita mengaku keuntungannya dari hasil nabung saham dapat dipergunakan untuk membeli ponsel, membayar angsuran, dan investasi lagi di saham.
Ia mengaku tak berat untuk mulai menabung saham lantaran bisa dimulai dari nominal kecil yakni sebesar Rp100 ribu. Ia pun paham dananya bisa berkembang ketimbang disimpan di bank yang kemungkinan justru akan habis untuk potongan biaya administrasi.
Kepala Desa Sidorejo Tommi Yulianto menyebut edukasi pasar modal melalui program Desa Nabung Saham sudah dilakukan di desanya sejak Februari 2018. Program tersebut disokong oleh Bursa Efek Indonesia dan salah satu perusahaan sekuritas.
Ia menjelaskan, untuk ikut program tersebut, penduduk desanya tidak perlu harus repot-repot lagi datang ke kota seperti Jakarta. Hanya cukup mendaftarkan diri dan datang langsung ke Galeri Investasi Desa Bursa Efek Indonesia (BEI) di Kantor Desa Sidorejo, dengan membawa KTP, KK, NPWP dan buku rekening.
Setelah itu, mengisi formulir pendaftaran dan menyiapkan uang sebagai modal awal minimal Rp 100 ribu.
“Untuk mengetahui prosesnya, nantinya warga akan diberikan pelatihan (training) oleh tim inovator desa terlebih dulu selama satu bulan. Kalau sudah paham, baru akan dibuatkan akun sekuiritasnya dan dibukakan rekening saham (RDN). Setelah itu, deposit atas nama sendiri supaya bisa login ke aplikasinya,”ungkapnya.
Desa Sidorejo, lanjut Tommy, memiliki 2.300 Kepala keluarga terdiri dari sekitar 12 ribu jiwa, setidaknya saat ini sudah ada 400 orang yang sudah ikut dalam progaram edukasi pasar modal tersebut dengan mendaftar sebagai investor saham. Mereka juga sebut sudah melakukan transaksi di pasar modal.
Tommy pun kini juga sudah terdaftar sebagai investor dan aktif melakukan transaksi saham.
Sementara itu, salah satu inovator program pasar modal di desa tersebut, Rian Ahmad (29) menyebut program Desa Nabung Saham menunjukkan bawah investasi saham tak hanya dapat dilakukan oleh orang ‘berduit’ dan tinggal di kota besar. Orang desa pun bisa ikut berinvestasi di bursa saham meski hanya modal Rp100 ribu, bahkan Rp5.000.
“Jadi warga sudah bisa beli saham di perusahan seperti PT Unilever, PT. Gudang Garam, PT PP, PT bukit Asam, Bank dan perusahaan terkenal lainnya hanya melalui ponsel android. Yang jelas, investasi di pasar modal (saham) ini sangat menyenangkan dan tidak merugikan,” terangnya.