Investor pemula yang baru terjun ke dunia trading saham terkadang mudah tergiur dengan dividen. Sebagian mereka mungkin berpikir bahwa dividen akan menjanjikan aliran pendapatan pasif yang stabil tanpa memikirkan risiko atau kesalahan yang mungkin dapat terjadi.
Sebab di balik potensi imbal hasil tersebut, terdapat beberapa kesalahan yang mungkin dapat merugikan investor jika tidak dihindari. Misalnya, investor yang terlalu fokus pada dividen dengan yield tinggi tanpa mempertimbangkan kesehatan keuangan perusahaan dapat menjerumuskan mereka ke dalam dividend trap.
Salah Beli Karena Tergiur Yield Tinggi
Kesalahan pertama para investor pemula saat mengejar dividen adalah terlalu tergiur dengan yield tinggi. Akhirnya, mereka kurang cermat dan salah mengambil langkah, yakni terburu-buru membeli saham tersebut.
Angka dividend yield merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar dividen tahunan yang dibayarkan perusahaan dibandingkan dengan harga sahamnya saat ini. Contohnya, jika suatu saham harganya Rp1.000 dan membayar dividen Rp100 per tahun, maka dividend yield-nya adalah 10%.
Investor pemula mungkin mengira bahwa makin tinggi yield, maka saham tersebut dapat memberikan potensi imbal hasil yang makin besar. Padahal yield tinggi bukan menjadi satu-satunya tanda bahwa saham tersebut sehat. Bahkan, dividend yield yang tinggi bisa jadi bukan karena dividennya besar, tetapi karena harga sahamnya jatuh.
Contoh skenario dividend trap, yaitu suatu perusahaan awalnya membayarkan dividen Rp100 dan harga sahamnya saat itu Rp2.000 (Yield 5%). Namun, kemudian harga saham jatuh ke Rp1.000 karena masalah internal perusahaan, sehingga dividend yield naik menjadi 10%. Padahal perusahaan tersebut sedang krisis dan bisa saja menghentikan dividennya.
Tidak Menghitung Sustainability dari Payout Ratio
Investor pemula mungkin kerap abai dalam menghitung atau mengevaluasi sustainability dari rasio pembayaran atau payout ratio. Secara umum, dividend payout ratio adalah persentase laba bersih perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen. Rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada investor dan seberapa besar yang ditahan untuk reinvestasi.
Payout ratio yang terlalu tinggi mungkin menandakan bahwa perusahaan membayar lebih banyak dividen daripada yang dapat ditanggung oleh laba bersihnya. Contohnya, jika payout ratio melebihi 100%, perusahaan membayar lebih banyak dalam dividen daripada yang dihasilkannya, sehingga berdampak pada pemotongan dividen di masa depan.
Cara menilai sustainability atau keberlanjutan payout ratio suatu saham dapat dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
- Payout ratio yang sehat: Perusahaan dengan payout ratio 40–60% dianggap memiliki dividen yang berkelanjutan dan ada ruang untuk tumbuh.
- Stabilitas dan tren payout ratio: Periksa apakah payout ratio stabil atau meningkat secara bertahap.
Tidak Memperhatikan Konsistensi dan Pertumbuhan Dividen
Hal penting yang harus diperhatikan saat menerapkan strategi investasi dividen adalah memperhatikan konsistensi dan pertumbuhan dividen. Sebab perusahaan yang secara konsisten membayar dan meningkatkan dividen menunjukkan bahwa mereka memiliki keuangan yang stabil dan berkomitmen pada pemegang saham.
Perusahaan seperti itu cenderung lebih stabil dan berkualitas, serta lebih mampu menghadapi penurunan ekonomi. Selain itu, perusahaan semacam itu juga mencerminkan bahwa mereka memiliki fundamental yang lebih solid dan model bisnis yang berkelanjutan.
Beberapa risiko jika investor hanya berfokus pada yield tinggi tanpa memperhatikan konsistensi dan pertumbuhan dividen adalah:
- Berinvestasi pada perusahaan yang memiliki fundamental yang lemah.
- Menghadapi volatilitas harga saham yang lebih tinggi.
- Mengalami pemotongan dividen di masa mendatang.
Investor Pemula Sering Abaikan Kesehatan Keuangan Perusahaan
Kesehatan keuangan perusahaan adalah salah satu faktor penting yang wajib dipertimbangkan investor sebelum membeli suatu saham atau mengejar dividen. Kesehatan keuangan perusahaan mencerminkan bagaimana perusahaan menjalankan operasionalnya secara efisien, memenuhi kewajiban finansial, hingga menghasilkan laba.
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk menilai apakah sebuah perusahaan memiliki keuangan yang sehat atau tidak, yaitu:
- Likuiditas: Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas yang sehat menandakan bahwa perusahaan memiliki cukup aset yang lancar untuk menutupi utang jangka pendek.
- Solvabilitas: Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu bergantung pada utang untuk membiayai operasionalnya.
- Profitabilitas: Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari operasionalnya. Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan cukup efisien dan efektif dalam mengelola sumber dayanya.
- Pertumbuhan pendapatan: Tren peningkatan pendapatan perusahaan dari waktu ke waktu. Pertumbuhan pendapatan yang cenderung konsisten menandakan bahwa perusahaan mampu berkembang.
Tips bagi investor yang ingin memeriksa kesehatan keuangan perusahaan, dapat menganalisis laporan keuangannya, memperhatikan rasio-rasio keuangan, dan membandingkan kinerja perusahaan tersebut dengan perusahaan lain di industri yang sama.
“Dosa” Investor Pemula, Kurang Diversifikasi Portofolio
Dalam investasi saham, melakukan diversifikasi portofolio merupakan salah satu strategi yang sebaiknya dilakukan oleh para investor. Diversifikasi portofolio adalah strategi investasi dengan menyebar dana ke berbagai aset, sektor, atau instrumen lainnya agar risiko tidak terpusat pada satu sumber saja.
Sebaliknya, kurangnya diversifikasi portofolio berarti investor menaruh terlalu banyak dana pada satu atau beberapa saham saja. Hal ini biasanya karena investor terlalu fokus pada saham-saham yang memiliki dividend yield tinggi, terlalu cepat merasa aman, dan kurangnya pemahaman tentang manajemen risiko.
Contoh kesalahan investor adalah hanya membeli 1–2 saham di sektor energi karena sedang booming dan menawarkan yield tinggi tanpa menyadari bahwa sektor tersebut sedang terdampak regulasi atau harga komoditas yang tengah anjlok.
Sebaiknya, investor melakukan diversifikasi portofolio dengan cara menyebar saham di beberapa sektor seperti perbankan, konsumer, infrastruktur, dan energi atau tambang. Lalu, kombinasikan saham yang memberikan dividen stabil dengan saham yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang. Jangan lupa untuk mengevaluasi alokasi sektor atau saham yang terlalu dominan secara berkala.
Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan umum investor pemula ini, Smart People dapat menghindarinya dan mulai berlatih untuk selalu cermat sebelum membeli saham. Perhatikan setiap aspek penting dan tidak terlalu terburu-buru saat berinvestasi.
Smart People dapat menggunakan aplikasi RHB Tradesmart ID yang memiliki fitur Assisted Robo Optimization (ARO), yaitu fitur yang dirancang untuk membantu investor dalam mengambil keputusan transaksi. Download aplikasi RHB Tradesmart ID secara gratis di Google Play Store atau App Store.
Referensi:
Adam Hayes. 2025. “Dividend Payout Ratio Definition, Formula, and Calculation”. Investopedia.com
Jordan Major. 2025. “Dividend Investing for Beginners”. Finbold.com
Nur Jamal Shaid. 2025. “Apa Itu Dividen Trap? Ini Penjelasan dan Cara Menghindarinya”. Kompas.com
Troy Segal. 2025. “What Is Diversification? Definition as Investing Strategy”. Investopedia.com