Bagi investor pemula, memahami cara menghitung valuasi saham penting guna membuat keputusan investasi yang lebih bijak. Terlebih, penghitungan ini akan memberi gambaran apakah harga saham suatu emiten tergolong wajar atau tidak, berdasarkan kinerja finansial dan prospeknya. Ada beberapa cara yang bisa Smart People lakukan, seperti:
1. Price to Earning Ratio (PER): Menilai Harga Saham Berdasarkan Laba
Jika PER terlalu tinggi, artinya harga saham mungkin lebih mahal dari nilai wajar. Sebaliknya, PER yang rendah bisa menjadi indikasi harga saham lebih terjangkau. Namun, penting juga untuk membandingkan dengan perusahaan sejenis di industri yang sama guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Secara rumus, PER dihitung dengan cara membagi harga saham dengan laba bersih per saham (EPS).
PER = Harga Saham / EPS
Sebagai contoh, perusahaan A memiliki harga saham Rp1.000 dan EPS tahunan Rp100, sehingga PER-nya adalah Rp10. Jika harga saham tetap dan EPS tetap stabil setiap tahun, maka perusahaan tersebut membutuhkan waktu 10 tahun untuk kembali modal.
Sementara itu, perusahaan B memiliki harga saham Rp500 dan EPS tahunan Rp100, yang membuat PER-nya hanya Rp5. Jika harga saham tetap dan EPS konsisten, maka waktu yang dibutuhkan untuk balik modal (break-even point atau BEP) adalah 5 tahun.
Dari contoh di atas, bisa disimpulkan bahwa perusahaan B memiliki valuasi saham yang lebih rendah. Dengan demikian, saham dari perusahaan B tersebut dianggap lebih menarik untuk dibeli jika dibandingkan dengan saham dari perusahaan A.
Bagi pemula yang masih belajar trading saham, penting untuk diingat bahwa membeli saham hanya karena PER rendah bukan keputusan yang benar-benar tepat. Perlu juga memperhatikan beberapa hal lain sebelum membeli saham, di antaranya:
- Apakah EPS perusahaan menunjukkan kenaikan?
- PER yang rendah bisa jadi mengindikasikan masalah jika EPS-nya turun, karena bisa mencerminkan kinerja perusahaan yang buruk.
- EPS mungkin stabil, tetapi jika harga saham terus turun, ini perlu diperhatikan dengan seksama.
2. Price to Book Value (PBV): Nilai Buku yang Penting untuk Menilai Valuasi Saham
Rasio antara harga saham dan nilai buku perusahaan, yang dikenal dengan Price to Book Value (PBV), juga merupakan metode yang dapat digunakan untuk menilai valuasi saham suatu perusahaan. PBV bisa menjadi alat yang berguna dalam belajar trading saham, terutama untuk menemukan saham-saham yang undervalued.
PBV dihitung dengan cara membagi harga pasar saham dengan nilai buku per saham. Secara rumus, penghitungannya dapat dilakukan dengan cara berikut:
PBV = Harga Saham / Nilai Buku per Saham
Jika PBV lebih besar dari 1, maka berarti harga pasar saham lebih tinggi dari nilai buku, yang dapat mengindikasikan harapan pasar terhadap potensi pertumbuhan perusahaan. Sebaliknya, apabila PBV kurang dari 1 maka ada kemungkinan bahwa harga pasar saham lebih rendah daripada nilai aset yang dimiliki perusahaan.
3. Debt to Equity Ratio (DER): Menilai Seberapa Banyak Utang Perusahaan
Jika DER>1, berarti utang perusahaan lebih besar dibandingkan dengan ekuitasnya. Sebaliknya, nilai DER<1 menunjukkan bahwa utang perusahaan lebih rendah dari total ekuitasnya. Untuk menghitungnya, Smart People perlu membagi total hutang perusahaan dengan total ekuitas yang dimilikinya menggunakan rumus berikut:
DER = Total Hutang / Total Ekuitas
Semakin tinggi DER, semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap utang. Meskipun memiliki utang dapat meningkatkan potensi imbal hasil, namun terlalu banyak utang malah berisiko, terutama jika perusahaan menghadapi kesulitan keuangan di masa mendatang.
4. EV/EBITDA: Menghitung Potensi Perusahaan Dalam Menghasilkan Uang
EV/EBITDA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas. Sebelum memutuskan untuk membeli saham, gunakan rasio ini untuk membandingkan perusahaan satu dengan lainnya dalam industri yang sama.
EBITDA sendiri merupakan laba perusahaan sebelum pajak, bunga, depresiasi, dan amortisasi. Dengan menggunakan rasio ini, Smart People dapat menilai apakah harga saham perusahaan saat ini tergolong murah atau mahal. Selain itu, EV/EBITDA juga bisa dianalisis untuk memantau fluktuasi nilai saham dari waktu ke waktu.
EV/EBITDA = Kapitalisasi pasar + total utang – kas dan setara kas
Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan dihargai relatif murah dibandingkan dengan kemampuannya menghasilkan uang. Sebaliknya, rasio yang tinggi menunjukkan valuasi saham yang lebih mahal atau bahwa perusahaan sedang dinilai tinggi oleh pasar.
5. Return on Equity (ROE): Seberapa Efisien Perusahaan Menghasilkan Laba
Smart People juga dapat menggunakan rasio ROE (Return on Equity) untuk menghitung valuasi saham. Melalui rasio ini, investor bisa mengetahui berapa banyak laba yang dihasilkan perusahaan dari setiap saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Rasio ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%) dan dihitung dengan rumus berikut:
ROE = Laba Bersih / Ekuitas Pemegang Saham
ROE yang tinggi menandakan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Sebaliknya, ROE yang rendah bisa menunjukkan bahwa perusahaan tidak sepenuhnya efektif dalam memanfaatkan ekuitasnya untuk menciptakan laba.
Cek Murah Mahal Harga Saham dengan RHB Tradesmart ID
Itulah beberapa penjelasan tentang valuasi saham beserta cara perhitungannya. Untuk mempermudah proses analisa saham, Smart People bisa menggunakan aplikasi RHB Tradesmart ID yang menyediakan berbagai alat analisis keuangan secara mudah dan efisien. Download aplikasi RHB Tradesmart ID di Play Store atau App Store, sekarang juga!
Referensi:
Tim Redaksi. (2022). Sudah Tahu 4 Tipe Chart Pattern dalam Grafik Saham? Baca Disini Penjelasannya!. Diakses dari https://rhbtradesmart.co.id/article/ternyata-ini-cara-menghitung-valuasi-saham-untuk-analisa-2/