Siklus perekonomian dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kinerja suatu sektor pasar saham. Di dalam siklus ini, ada kalanya suatu sektor memiliki kinerja baik dan lainnya mungkin buruk sehingga investor melakukan sector rotation atau rotasi sektor.
Perubahan siklus ekonomi memang dapat mempengaruhi cara orang berinvestasi sebagai upaya untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan imbal hasil. Lantas, seberapa efektif strategi rotasi sektor ini? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Sector Rotation?
Pengertian sector rotation dalam investasi saham adalah strategi investasi yang dilakukan dengan mentransfer dana dari satu sektor ke sektor lainnya. Berdasarkan standar klasifikasi industri global, pasar saham memiliki 11 sektor berbeda seperti keuangan, teknologi, konsumen, properti, dan lainnya.
Sektor-sektor ini memiliki kinerja berbeda tergantung pada siklus perekonomian. Dengan analisis dan prediksi siklus berikutnya, investor akan menjual sektor-sektor yang mungkin tidak berkinerja baik dan mengalihkan aset investasi tersebut ke sektor-sektor yang cenderung berkinerja baik.
Strategi seperti ini yang dikenal sebagai rotasi sektor. Jadi, bisa dikatakan bahwa tujuan dari rotasi sektor adalah membeli saham di sektor-sektor yang siap mengungguli pasar.
Seberapa Efektif Strategi Sector Rotation?
Pasar saham tidak bergerak mengikuti siklus ekonomi, melainkan bergerak untuk mengantisipasinya. Siklus ekonomi sendiri dapat dibedakan menjadi empat tahapan berikut.
1. Fase Puncak (Peak Cycle)
Daya beli konsumen berada pada titik terendah dan produksi industri-industri mulai turun. Sektor defensif (non-siklus) seperti barang konsumsi cenderung memiliki kinerja baik sebab masyarakat masih akan membutuhkan produk seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya meski dalam kondisi krisis sekalipun.
2. Resesi penuh (Recession)
Produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan dan daya beli konsumen berada pada titik terburuknya. Ini bukan saat yang tepat bagi sebagian dunia usaha. Namun, ada beberapa sektor yang cenderung berkinerja baik pada siklus ini seperti sektor energi, teknologi, kesehatan, dan layanan.
3. Pemulihan (Recovery)
Secara keseluruhan ekonomi mulai membaik, daya beli konsumen kembali meningkat, dunia usaha mulai bergeliat dan suku bunga telah mencapai titik rendah. Sektor-sektor yang sukses secara historis pada tahap ini antara lain industri, energi, dan bahan baku.
4. Depresi (Through)
Pada tahap ini keadaan ekonomi berada di titik terendah dengan penurunan harga dan daya beli masyarakat. Jumlah penawaran mendominasi daripada jumlah permintaan. Beberapa sektor yang secara historis berkinerja baik meliputi layanan, energi, dan kebutuhan pokok.
Adapun mengenai efektivitas dari strategi rotasi sektor bergantung pada kestabilan siklus ekonomi di atas. Jika tidak stabil, sector rotation bisa memberikan imbal hasil yang tinggi sekaligus kerugian yang signifikan.
Menjual dan membeli saham dengan strategi ini bisa jadi tugas yang rumit karena untuk melihat perubahan dalam siklus perekonomian lebih sulit dilakukan secara real time. Jadi, strategi rotasi sektor dapat bekerja efektif pada investor yang memang sudah berpengalaman.
Banyak yang harus dipertimbangkan, seperti sektor yang akan ditransfer dan alokasi investasi untuk sektor tersebut. Strategi ini cukup sulit untuk menghasilkan imbal hasil jangka panjang secara berkelanjutan.
Cara Melakukan Sector Rotation
Salah satu strategi dasar dalam investasi adalah melakukan diversifikasi di berbagai sektor berbeda. Investor dapat menyesuaikan bobot di masing-masing sektor, tetapi tidak disarankan untuk bergerak dari 100% ke nol atau memindahkan semua investasi di salah satu sektor ke sektor tertentu.
Cara terbaik untuk melakukan rotasi sektor adalah fokus pada alokasi aset ke arah rotasi manapun dan tetap berpegang pada pedoman jangka panjang.
Ketika perekonomian secara keseluruhan terlihat buruk atau memasuki tahap resesi, carilah sektor-sektor yang defensif (saham non-siklis). Beberapa sektor yang biasanya unggul selama masa sulit ini antara lain layanan kesehatan dan utilitas atau kebutuhan esensial.
Memasuki tahap awal pertumbuhan saat perekonomian menjauh dari resesi, saham non-siklus yang mewakili perusahaan komoditi penting seperti makanan, bahan makanan, pakaian, dan lainnya ikut naik.
Sektor keuangan juga ikut diuntungkan dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan suku bunga yang mendukung dunia usaha. Begitu juga dengan saham siklus (sektor ofensif) seperti restoran, mobil, hingga pakaian bermerk yang akan terdongkrak.
Pada tahap akhir siklus ekonomi saat daya beli konsumen melemah, investor cenderung berotasi ke sektor konsumen dan teknologi. Pertumbuhan ekonomi diprediksi lebih rendah dibanding tahap awal siklus ekonomi.
Jadi, bagi investor dapat memindahkan aset investasi dari sektor siklis (ofensif) ke saham non-siklis (defensif) selama perlambatan ekonomi dan merotasi pergerakan tersebut ketika terjadi peningkatan atau pertumbuhan ekonomi.
Beli saham dari suatu sektor saat harganya rendah. Dengan rotasi sektor ini memungkinkan investor untuk memiliki perusahaan-perusahaan yang memiliki fundamental kuat.
Tertarik untuk memiliki saham dari perusahaan dengan fundamental kuat? Download aplikasi RHB Tradesmart di Play Store dan App Store untuk mulai belajar investasi saham hanya dari smartphone. Manfaatkan berbagai fitur lengkap di aplikasi ini untuk memaksimalkan hasil investasi.
Itulah beberapa ulasan mengenai sector rotation yang menjadi salah satu strategi investasi. Ingat, sebelum melakukan strategi ini untuk memahami dengan baik risiko dari saham yang akan diperdagangkan. Pertimbangkan market timing yang tepat dan berpegang pada rencana investasi jangka panjang.
Referensi:
Brian Bir. 2023. What Is Sector Rotation? How It Works and Importance in Investing”. Investopedia.com.
Paulina Likos. 2021. “How to Invest Using Sector Rotation”. USnews.com
Wallstreetmojo. “Sector Rotation Definition”. Wallstreetmojo.com