Saham PRDA milik PT Prodia Widyahusada Tbk menjadi salah satu saham perusahaan bidang kesehatan yang sedang menjadi perhatian. Perusahaan ini bahkan dikenal rutin menebar dividen setiap tahunnya. Lantas, apa sih yang menjadi rahasianya?
Profil Perusahaan PRDA
Perusahaan kesehatan ini memulai usahanya pada 7 Mei 1973 melalui sebuah yayasan yang fokus pada laboratorium klinik sederhana di kota Solo, Jawa Tengah. Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 1975, dibukalah laboratorium klinik di Jakarta dan Bandung.
Pada 8 Februari 1988, yayasan tersebut berubah menjadi perseroan terbatas dan memulai operasional secara komersial pada tahun tersebut. Bahkan pada tahun 1990, perusahaan ini sudah mulai merintis dan melakukan kerjasama secara internasional dengan National University Hospital, Singapore dan Specialty Lab (sekarang Quest Lab), USA.
Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 26 November 2016, PRDA resmi mendapatkan pernyataan efektif dari OJK. Hal ini menandakan dimulainya IPO saham PRDA melalui penawaran 187,5 juta saham di harga Rp6.500 per lembar saham pada 7 Desember 2016.
Rekam Jejak Pembayaran Dividen
PRDA dikenal sebagai salah satu perusahaan yang kerap, bahkan rutin membagikan dividen. Bahkan meskipun sempat mengalami penurunan imbal hasil hingga 30% pada kuartal pertama 2024, PRDA tetap membagikan dividen sebesar Rp155,6 miliar.
Secara historis, PRDA pertama kali menebarkan dividen pada tahun 2017 di mana RUPST PRDA menyepakati pembagian dividen sebesar Rp26,4 miliar atau setara dengan Rp28,2 per lembar saham. Dilansir dari berbagai sumber, berikut rekam jejak pembayaran dividen PRDA sejak awal IPO hingga tahun 2024:
Tahun Pembagian | Dividen yang Dibagikan | Harga per lembar saham |
2017 | Rp26,4 miliar | Rp28,2 |
2018 | Rp60,3 miliar | Rp64,3 |
2019 | Rp87,7 miliar | Rp93,5 |
2020 | Rp105,1 miliar | Rp112,1 |
2021 | Rp161,2 miliar | Rp171,9 |
2022 | Rp372,6 miliar | Rp397,8 |
2023 | Rp222,9 miliar | Rp237,8 |
2024 | Rp155,6 miliar | Rp165,9 |
Dari data di atas, dapat dilihat jika dividen saham PRDA relatif stabil. Meskipun sempat mengalami penurunan imbal hasil hingga jumlah dividen yang dibagikan, setiap investor di saham tersebut tetap akan mendapatkan dividen sesuai porsinya.
Analisis Kinerja Keuangan PRDA
Berdasarkan data yang dirilis pada BEI dan laman resmi Prodia, kinerja perusahaan ini tercatat cukup positif di Q2-2024. Pendapatan pada kuartal kedua di angka Rp545 miliar sehingga total pendapatan pada semester pertama 2024 mencapai lebih dari Rp1 triliun.
Pendapatan yang cukup besar ini bersumber dari pemeriksaan rutin sebesar lebih dari Rp720 miliar, tes esoterik Rp237 miliar, hingga sumber non-laboratorium yang mencapai Rp71 miliar. Dengan demikian, kondisi bisnis PRDA dapat dikatakan cukup sehat.
Hal ini juga diperkuat dengan langkah strategis yang dilakukan oleh perseroan melalui pembelian saham PT Prodia Diagnostic Line (Proline) dengan kepemilikan sebesar 39%. Anak perusahaan Prodia, yakni PT Prodia Digital Indonesia juga baru-baru ini meluncurkan berbagai program kesehatan holistik untuk mendukung upaya kesehatan berkelanjutan.
Prospek Pertumbuhan Nilai Saham PRDA
Melihat data dan kinerja keuangan perseroan beserta dengan rutinitas pembagian dividen yang dijalankan setiap tahunnya, saham PRDA dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik. Hal ini diperkuat dengan berbagai strategi serta faktor yang mempengaruhi nilai dan kinerja saham tersebut sehingga cenderung stabil hingga saat ini, di antaranya:
1. Pelayanan berbasis customer-centric
Sebagai emiten di bidang kesehatan, Prodia berkomitmen meluncurkan minimal 10 tes baru setiap tahunnya. Hingga saat ini, ada lebih dari 3.000 jenis tes yang sudah disediakan untuk masyarakat, termasuk tes preventif maupun tes rutin.
Emiten PRDA ini juga terus memperbanyak layanan konsultasi dokter melalui klinik atau secara digital melalui aplikasinya. Disediakan juga layanan vaksinasi yang dapat diakses melalui aplikasi guna menunjang kesadaran masyarakat mengenai kesehatannya.
2. Potensi kerjasama dan ekspansi outlet
Sebagai bagian dari sinergi layanan kesehatan, emiten kesehatan ini juga membuka peluang kerjasama dengan berbagai mitra, baik lokal maupun internasional. Kerjasama ini diharapkan tidak hanya memperlihatkan eksistensi PRDA di tengah emiten kesehatan lainnya, namun juga sebagai bentuk menghadirkan layanan yang komprehensif.
Pengembangan perusahaan juga diupayakan dalam bentuk ekspansi outlet, namun pihak Prodia mengatakan jika saat ini pihaknya lebih fokus pada peningkatan kualitas pelayanan dan outlet-outlet existing sehingga pelanggan lebih nyaman dan mendapatkan layanan kesehatan yang lebih berkualitas.
3. Persiapan belanja modal (capital expenditure)
PRDA juga menjalankan berbagai upaya dan efisiensi untuk mendorong pertumbuhan dan menjaga perolehan imbal hasil yang lebih positif. Salah satunya dengan menyiapkan capex (capital expenditure) yang mencapai 250-300 miliar rupiah.
Secara spesifik, 30-35% PEX akan digunakan untuk pengembangan informasi dan teknologi digital, 40-45% sisanya akan digunakan untuk pengembangan dan perluasan kapasitas peralatan eksperimen, dan sisanya akan digunakan untuk pengembangan cabang.
Itulah beberapa ulasan mengenai saham PRDA yang terlihat menarik dengan rutinitas pembagian dividen setiap tahunnya. Buat Smart People yang ingin mendapatkan imbal hasil dari dividen, saham tersebut bisa menjadi pertimbangan.
Untuk tetap mendapatkan informasi menarik seputar investasi dan saham-saham potensial, Smart People tetap membutuhkan aplikasi investasi terbaik. Pilih RHB Tradesmart ID yang memiliki berbagai fitur canggih dan ter-update untuk aktivitas investasi Anda. Download aplikasi RHB Tradesmart ID di Play Store atau App Store, sekarang juga!
Referensi:
Aprilia, Zefanya. (2024). Laba Turun 30,2%, Ini Alasan Prodia (PRDA) Tetap Bagi Dividen Rp259 M. CNBC Indonesia.
Elvira, Vina. (2024). Simak Strategi Prodia Widyahusada (PRDA) Capai Pertumbuhan Bisnis Tahun 2024. Kontan.co.id.
Tim Redaksi. (2024). Kinerja Meningkat di Kuartal II, Prodia Lakukan Berbagai Aksi Bisnis dan Langkah Strategis Korporasi. Prodia.co.id