<< Back

Mei 2025 BI Rate Turun, Saham Apa yang Naik?

indonesian-man-holding-rupiah

Bank Indonesia resmi menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% pada Rabu, 21 Mei 2025 lalu. Selain itu, suku bunga Deposit Facility diturunkan 25 bps menjadi 4,75% dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20–21 Mei 2025.

Melansir laman resmi Bank Indonesia, keputusan penurunan suku bunga acuan ini konsisten dengan perkiraan inflasi pada 2025–2026 yang rendah dan terkendali dalam sasaran 2,5±1%, menjadi upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah, dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lantas, bagaimana dampaknya terhadap pasar saham di Indonesia? RHB Sekuritas Indonesia melalui program Smart Talk yang tayang di YouTube pada 26 Mei 2025 lalu membahas terkait hal ini. Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya dan Technical Analyst RHB Sekuritas Indonesia, Ilham Fitriadi Budiarto, membahas tentang langkah BI menurunkan suku bunga dan respons pasar atas hal tersebut.

Penurunan BI-Rate Lebih Cepat dari yang Diperkirakan?

Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya, berpendapat bahwa penurunan BI-Rate pada Mei 2025 cenderung lebih cepat dari yang diprediksi. Sebelumnya, pemotongan BI-Rate diperkirakan akan sama dengan pemotongan suku bunga The Fed, yakni sekitar Juli 2025.

Namun, jika dibandingkan secara konsensus, keputusan BI ini cukup inline. Selain itu, keputusan ini cukup sesuai dengan economic report pada akhir 2024, yakni diperkirakan akan ada empat pemotongan suku bunga pada 2025. Ada beberapa alasan penurunan BI-Rate masih bisa terjadi lagi selama 2025, yaitu:

  • The Fed akan melakukan pemotongan suku bunga juga sekitar 2–3 kali pada 2025. Namun, meski dipotong, nilai rupiah cenderung tetap stabil, sehingga memberikan kepercayaan diri kepada BI untuk memotong suku bunga.
  • PDB pada kuarter pertama 2025 cenderung melambat, sehingga salah satu langkah yang diambil adalah dengan memotong BI-Rate.

Kenapa BI Menurunkan BI-Rate Lebih Cepat?

Menurut Andrey Wijaya, ada tiga alasan mengapa Bank Indonesia menurunkan BI-Rate pada Mei 2025, yaitu:

  1. Ekonomi Indonesia cenderung melambat dengan pertumbuhan PDB Q1 2025 di bawah 5%, sehingga Bank Indonesia ingin mempercepat pertumbuhan ekonomi.
  2. Tingkat inflasi yang relatif rendah, sehingga dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
  3. Timing yang tepat karena mata uang dolar Amerika Serikat sedang melemah, sehingga risiko pelemahan rupiah menjadi lebih berkurang. Jadi, hal ini dilihat oleh BI sebagai peluang untuk memotong BI-Rate lebih cepat.

Respons Pasar terhadap Penurunan BI-Rate

Andrey Wijaya menjelaskan bahwa penurunan BI-Rate pada Mei 2025 sebenarnya sebagian telah diperkirakan oleh pasar. Hal ini bisa dilihat melalui pergerakan harga setelah Lebaran 2025 ketika pasar masih libur. 

Saat itu, tengah ramai diperbincangkan tentang tarif dagang AS yang diperkirakan berdampak pada nilai rupiah dan IHSG. Ketika itu, market memang turun hingga 7%, tetapi kemudian berangsur-angsur naik. Menurut Andrey, hal ini karena dampak dari perang dagang tidak separah seperti yang dipikirkan oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, secara umum, respons pasar terhadap penurunan BI-Rate masih tergolong positif. Secara perlahan, pasar mulai mengalami kenaikan dengan didorong oleh harapan terhadap pemotongan suku bunga lanjutan dan stimulus ekonomi dari pemerintah.

Sektor-Sektor Saham yang Potensial

Beberapa sektor yang menunjukkan potensi paling kuat saat ini adalah sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga, misalnya:

  • Perbankan (Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, BCA, BSI, dan CIMB Niaga): Diunggulkan untuk jangka pendek dan panjang karena akan mendapat manfaat dari biaya dana yang lebih rendah.
  • Properti (Alam Sutera, dll.): Mengalami kenaikan, terutama karena suku bunga lebih rendah dapat mendorong penjualan properti.
  • Infrastruktur (Jasa Marga): Perusahaan dengan utang yang besar mungkin diuntungkan dengan bunga yang lebih rendah.
  • Komoditas (Antam, INCO): Cukup menarik karena ada sinyal aksi korporasi dari Danantara dan tren positif harga emas atau nikel.

Sementara itu, sektor otomotif dinilai netral. Sebab sektor ini menghadapi tekanan dari kompetitor luar negeri. Selain itu, sektor semen juga dinilai netral karena masih mengalami masalah kelebihan kapasitas produksi.

Pertumbuhan Investor Asing: Outflow dan Inflow

Setelah mengalami foreign outflow sejak Oktober 2024, pasar mulai menunjukkan tanda pemulihan. Pada minggu kedua dan ketiga Mei 2025, terjadi foreign inflow ke pasar obligasi dan sebagian ke pasar saham.

Hal itu menjadi sinyal positif, meskipun belum sepenuhnya stabil. Sentimen investor asing masih dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian global, politik dalam negeri, hingga sikap wait and see terhadap arah kebijakan pemerintah baru.

Saham Perbankan, Apakah Waktu yang Optimal untuk Jangka Pendek?

Saham perbankan memang masih relatif murah secara valuasi meskipun pasar sudah cukup naik belakangan ini. Untuk jangka pendek, investor perlu tetap berhati-hati terhadap potensi profit-taking

Namun, untuk jangka panjang, sektor perbankan dinilai tetap sangat menarik. Bank Indonesia diperkirakan akan menurunkan suku bunga sekitar dua kali lagi hingga akhir 2025, sehingga dapat menjadi katalis positif lanjutan bagi saham bank.

Strategi Investor Ritel, Apa yang Bisa Dipertimbangkan?

Bagi investor retail, perlu mempertimbangkan beberapa strategi mitigasi risiko dan peluang, yaitu:

  • Amati stabilitas rupiah karena pelemahan rupiah biasanya memicu outflow asing.
  • Pantau arah tarif dagang dari AS karena kebijakan ini sangat menentukan sentimen pasar.
  • Manfaatkan stimulus pemerintah, misalnya untuk sektor pariwisata, subsidi listrik, BLT, dan infrastruktur yang bisa menjadi katalis bagi saham-saham terkait.
  • Fokus pada sektor defensi dan interest-sensitive, misalnya perbankan besar dan properti.

Demikianlah pembahasan tentang saham-saham dan kondisi market setelah Bank Indonesia resmi menurunkan BI-Rate pada Mei 2025 menjadi 5,50%. Smart People bisa mendapatkan berbagai informasi tentang pasar saham secara lebih lengkap melalui aplikasi RHB Tradesmart ID. Aplikasi ini bisa diunduh secara gratis di Google Play Store atau App Store.

Referensi:

RHB TradeSmart ID. 2025. “BI rate turun, saham apa yang naik? | Smart Talk – 26 Mei 2025”. Youtube.com.

RHB Smart Talk

Tonton pembahasan menarik mulai dari ide trading, analisa fundamental, dan analisa teknikal untuk emiten saham pilihan

Setiap hari Senin-Jumat jam 8.45 pagi bersama tim riset RHB Sekuritas

PT RHB Sekuritas Indonesia

Revenue Tower 11th Floor
District 8, SCBD Lot 13
Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53
Jakarta, 12190

021-50939888 (Hunting RHB SI)
021-50939700 (Support OLT)

www.rhbtradesmart.co.id
id.support@rhbgroup.com

Download Sekarang

PT RHB Sekuritas Indonesia terdaftar dan diawasi oleh

© 2021 owned by RHB Sekuritas Indonesia
Terms & Condition Internal