Kinerja portofolio saham merupakan hal yang wajib diketahui oleh setiap investor. Jika suatu portofolio memiliki kinerja yang baik, maka investor bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu, penilaian kinerja saham harus dilakukan dengan cermat.
Cara Menilai Performa Portofolio Saham
Menilai performa suatu portofolio saham membutuhkan berbagai analisis, baik yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif. Secara umum, terdapat setidaknya 3 (tiga) model penilaian yang dapat digunakan, yakni rasio Treynor, rasio Sharpe, dan risiko Jensen.
1. Rasio Treynor
Rasio penghitungan performa portofolio yang pertama ini dikemukakan oleh Jack L. Treynor. Penghitungan ini mengukur kinerja yang dapat diterapkan pada semua investor tanpa memandang preferensi risiko pribadi mereka.
Secara umum, rasio yang juga disebut sebagai return to volatility ratio ini dapat dipahami sebagai penghitungan untuk mengetahui imbal hasil instrumen investasi setelah dikurangi imbal hasil dari aset bebas risiko dengan hasil yang disesuaikan tingkat risikonya. Mengenai penghitungannya dapat dilakukan menggunakan rumus berikut:
Tp = (Rp – Rf) / βp
Keterangan:
Tp = rasio/indeks kinerja Treynor
Rp = return portofolio (tingkat pengembalian pasar)
Rf = return aset bebas risiko
βp = risiko pasar dari portofolio
Dalam menghitung rasio ini, Smart People perlu memastikan bahwa tingkat pengembalian portofolio dan risiko membutuhkan periode waktu yang lama. Meski demikian, nilai rasio yang semakin tinggi memberikan gambaran kinerja suatu portofolio saham semakin baik.
Berdasarkan rumus di atas, semakin tinggi rasio Treynor ratio, maka suatu aset lebih ideal dimasukkan pada portofolio. Sebagai contoh, perhitungan sebuah instrumen investasi mendapatkan hasil 0,75. Hasil tersebut menandakan jika instrumen tersebut menawarkan imbal hasil 0,75% lebih tinggi dibandingkan aset bebas risiko.
2. Rasio Sharpe
Penghitungan kinerja portofolio saham juga dapat menggunakan metode dari William F. Sharpe berikut. Rasio ini dihitung melalui pengukuran performa investasi yang disesuaikan dengan risiko, kemudian membandingkan pengembalian terhadap aset investasi bebas risiko. Adapun penghitungannya dapat dilakukan dengan rumus berikut.
Sp = (Rp – Rf) / σp
Keterangan:
Sp = rasio/indeks kinerja Treynor
Rp = return portofolio (tingkat pengembalian pasar)
Rf = return aset bebas risiko
p = risiko pasar dari portofolio
Tidak seperti rasio Treynor, rasio Sharpe akan mengevaluasi portofolio berdasarkan tingkat pengembalian maupun diversifikasi. Oleh karena itu, rasio Sharpe lebih sesuai jika portofolio terdiversifikasi dengan baik sehingga hasilnya lebih akurat.
Katakanlah Smart People mempunyai dua portofolio, yakni portofolio A dengan harapan imbal hasil 15% dan portofolio B dengan harapan 12% selama 12 bulan ke depan. Tanpa melihat risiko, portofolio A tentu lebih unggul.
Lebih jauh, portofolio A memiliki risiko 7%, sementara portofolio B memiliki standar deviasi 4%. Adapun tingkat bebas risiko sebesar 3% sehingga secara garis besar, rasio Sharpe untuk portofolio A adalah (15-3) / 7 = 1,71 sementara portofolio B sama dengan (12-3) / 4 = 2,25.
Rasio Sharpe di antara angka 1 sampai 2 sudah baik, namun di atas 3 jauh lebih baik. Oleh karena itu, meskipun sama-sama dianggap baik, namun portofolio B memberikan pengembalian yang lebih unggul berdasarkan penyesuaian risiko.
3. Rasio Jensen
Sebagai salah satu pengukuran kinerja portofolio, rasio yang diciptakan oleh Michael C. Jensen ini sangat memperhatikan CAPM (Capital Asset Pricing Modal), sehingga sering disebut dengan Jensen ALPHA (differential return measure).
Rasio Jensen akan mengukur seberapa banyak pengembalian portofolio yang sudah disesuaikan dengan risiko pasar. Semakin tinggi rasio tersebut, semakin tinggi pula imbal hasil dan pengembalian yang telah sesuai dengan risiko. Adapun rumus penghitungannya yaitu:
αp = Rp − [Rf + βp (Rp − Rf)]
Dari persamaan di atas, dapat diketahui jika semakin tinggi nilai rasio (𝛼p) maka kinerja portofolio dipandang lebih positif. Nilai 𝛼 yang paling tinggi dan signifikan menunjukkan bahwa kinerja portofolio saham tersebut lebih baik dibandingkan dengan portofolio lainnya.
Sebagai contoh, imbal hasil yang direalisasikan pada sebuah instrumen investasi sebesar 16% dengan indeks pasar yang sesuai memberikan imbal hasil 13%. Adapun penghitungan nilai Beta adalah 1,2 dengan tingkat bebas risiko 3%. Maka nilai 𝛼 dapat dihitung:
= 16% – (3% + 1,2 x (13% – 3%))
= 16% – 15%
= 1%
Dari penghitungan tersebut, dihasilkan nilai 𝛼 positif yang menunjukkan bahwa instrumen investasi memberikan imbal hasil yang baik dibandingkan risiko. Jika nilai 𝛼negatif, tentu lebih banyak risiko yang diambil.
Tips Menghitung Imbal Hasil dan Risiko Portofolio Saham
Menghitung imbal hasil dan risiko pada portofolio menjadi langkah penting dalam mengelola investasi. Hal tersebut sudah pasti akan sangat membantu Smart People dalam memahami performa portofolio berkaitan dengan tingkat risiko yang diambil.
Pada dasarnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menghitung kinerja suatu portofolio. Namun, akan lebih baik jika Anda menjalankan beberapa tips berikut sehingga penghitungan dapat dilakukan secara optimal dengan hasil yang representatif:
1. Ukur imbal hasil dan penghitungan risiko
Untuk memahami bagaimana performa portofolio, terlebih dahulu Smart People perlu menghitung tingkat pengembalian (imbal hasil) dari portofolio tersebut. Gunakan rumus yang mudah diaplikasikan untuk menghitung bobot maupun alokasi dana untuk setiap aset.
Selain itu, pastikan juga untuk menghitung risiko yang sekiranya terjadi pada portofolio tersebut. Menggunakan penghitungan seperti deviasi stkamur, beta, hingga value at risk bisa menjadi tolak ukur sejauh mana variasi, sensitivitas, hingga potensi terjadinya risiko.
2. Penghitungan rasio
Ada beberapa penghitungan rasio yang dapat dijadikan patokan untuk menghitung tingkat performa sebuah portofolio. Pahami betul berbagai penghitungan tersebut untuk mengetahui seberapa baik performa portofolio yang Smart People miliki.
Misalnya saja menggunakan rasio Sharpe yang dapat membantu pengukuran imbal hasil dari risiko tertentu. Semakin besar hasil pengukuran rasio tersebut, portofolio memberikan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tingkat risiko yang diambil.
3. Menggunakan software atau alat analisis
Menggunakan alat bantu dalam menghitung imbal hasil dan risiko suatu portofolio juga penting untuk Anda lakukan. Terlebih tidak jarang, penghitungan yang dilakukan secara manual akan mengalami kesalahan dan tidak akurat.
Berbagai platform seperti aplikasi trading, spreadsheet atau Excel, hingga berbagai software analisis keuangan bisa menjadi tools yang sangat bermanfaat untuk membantu proses penghitungan maupun analisis portofolio milik Smart People.
Untuk mempermudah aktivitas investasi guna menghitung kinerja portofolio saham secara maksimal, Smart People membutuhkan aplikasi investasi dan trading saham yang terpercaya. Gunakan RHB Tradesmart ID yang sudah dirancang dengan berbagai fitur terbaik.
Ada beragam fitur yang ditawarkan, termasuk fitur analisis saham untuk menentukan saham-saham terbaik mana saja yang bisa menjadi pilihan. Jadi, tunggu apa lagi? Segera download RHB Tradesmart ID di Play Store atau App Store!
Referensi:
Frensidy, Budi. (2023). Saatnya Menghitung Risiko dari Sebuah Investasi Diakses pada tanggal 16 Oktober 2024 melalui https://feb.ui.ac.id/
Segal, Troy. (2023). Measuring a Portfolio’s Performance. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2024 melalui https://www.investopedia.com/
Tim RHB Tradesmart. (2023). Sudah Tahu Cara Menganalisa Kinerja Saham Kamu?. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2024 melalui https://rhbtradesmart.co.id/