<< Back

Investasi Saham? Gak Perlu Takut! Ini Cara Meminimalisir Risikonya!

Karena sifatnya yang fluktuatif, risiko saham dinilai lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi lainnya. Namun, hal itu tentu sejalan dengan imbal hasil lebih besar, yang mana membuat saham lebih dipilih banyak orang. 

 

Orang-orang yang bertahan lama dalam investasi atau trading saham tidak serta-merta luput dari risiko. Mereka juga pernah terkena dampak dari kerugian saham itu sendiri. Bedanya, mereka bisa menduga dan dapat meminimalisir risiko tersebut. 

 

Pada akhirnya, transaksi saham itu kembali lagi kepada tujuan untuk mengambil imbal hasil yang besar dan dapat menutup kerugian itu sendiri. 

 

Lalu, bagaimana sih caranya agar Smart People dapat mengurangi risiko dalam jual beli saham? Simak lebih lanjut di artikel berikut ini. 

Krisis ekonomi dan Inflasi

Transaksi saham memiliki hubungan timbal balik dengan ekonomi negara atau global. Karena itu pula, bukan hal yang tidak lazim bila dampaknya akan besar bagi keduanya. 

 

Goncangan ekonomi yang bermula di Wall Street pada 2008 bisa menyebar menjadi krisis ekonomi global. Di Indonesia sendiri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI pada saat itu mengalami penurunan bertahap dari 3,6 persen pada Januari 2008 hingga minus 37,4 persen pada Desember 2008. 

 

Krisis yang terjadi dalam skala kecil dan hanya menyerang beberapa sektor tentu tidak semenakutkan itu. Namun dengan syarat, Smart People sudah melakukan diversifikasi atau membeli beberapa saham dari sektor yang berbeda. 

 

Dalam skala krisis yang lebih besar atau inflasi yang menyerang semua lini sektor, Smart People setidaknya perlu menyimpan aset diversifikasi dari saham defensif. Sederhananya, saham ini berasal dari sektor produk atau layanan yang akan tetap dibutuhkan meski di tengah resesi. 

 

Contohnya adalah makanan dan perlengkapan rumah tangga. Menaruh atau memindahkan aset di instrumen minim risiko lainnya, seperti obligasi dan emas bisa juga langkah yang bisa dilakukan saat krisis tengah terjadi. 

Risiko di bursa saham

Resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Resiko-resiko yang mungkin dihadapi investor tersebut antara lain: 

 

  1. Risiko daya beli (purchasing power risk) Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil
  2. Risiko bisnis (business risk) Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunnya kemampuan perusahaan memperoleh laba, sehingga pada gilirannya mengurangi pula kemampuan perusahaan membayar bunga dan deviden.
  3. Risiko tingkat bunga Naiknya tingkat bunga biasanya akan menekan harga surat-surat berharga, sehingga biasanya harga surat berharga akan turun.
  4. Risiko pasar (market risk) Apabila pasar bergairah (bullish) pada umumnya harga saham akan mengalami kenaikan, tetapi bila pasar lesu (bearish) maka harga cenderung turun
  5. Risiko likuiditas (liquidity risk) Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

 

Diversifikasi merupakan cara mencegah atau meminimalisir risiko atau kerugian yang timbul akibat dari fluktuasi harga saham, dengan cara membagikan portofolio saham kita ke berbagai sektor yang berbeda, karena akan ada saham atau sektor yang mengalami kenaikan ditengah saham-saham yang mengalami penurunan pada sektor yang berbeda.

 

Volatilitas 

Volatilitas dan saham menjadi dua bagian yang tidak terpisahkan. Pergerakan saham yang tidak menentu atau fluktuatif membuat saham jadi instrumen investasi yang berisiko. Namun, tentunya risiko itu sepadan dengan imbal hasil yang diberikan dibandingkan instrumen lain yang minim risiko.

 

Saham yang harganya bisa naik dan turun sewaktu-waktu bisa Smart People siasati dengan beberapa cara selain diversifikasi. Dollar-cost averaging (DCA) merupakan cara yang direkomendasikan untuk menghadapi sekaligus memanfaatkan volatilitas saham. 

 

Metode DCA dilakukan dengan menanamkan jumlah modal atau uang yang sama kepada sebuah saham dalam rentang waktu tertentu. Ini bisa dilakukan mingguan atau bulanan. Dengan membayar jumlah yang sama, Smart People bisa membeli saham lebih banyak saat volatilitas turun dan lebih sedikit saat volatilitas naik. 

 

Tips trading saham dalam menghadapi saham dengan volatilitas tinggi adalah dengan melebarkan stop loss dari biasanya agar Smart People tidak langsung keluar dari saham tersebut. Namun, tetap perhatikan potensi dari saham tersebut dan jangan paksakan manajemen risikomu. Smart People juga bisa menyempitkan jumlah saham dalam beberapa sektor yang jauh berlainan.

Risiko menjelang masa pensiun

Umur seorang investor menjadi faktor yang berpengaruh kepada risiko saham itu sendiri. Tentunya, investor yang lebih muda akan punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan sahamnya daripada investor yang lebih tua. 

 

Akan lebih berisiko bila Smart People sudah memasuki masa pensiun di mana sumber modal untuk sahammu akan berkurang. Hal ini bisa diperparah dengan investasimu yang tiba-tiba anjlok di saat Smart People ingin memetik hasilnya. 

 

Untuk menghindari kemungkinan terburuk ini, Smart People sebaiknya mulai melakukan transaksi saham secara defensif. Di samping itu, mulai alihkan juga investasi sahammu ke instrumen yang lebih rendah risiko seperti obligasi. Lakukanlah perencanaan ini sekitar 1-3 tahun sebelum masa pensiunmu tiba. 

Risiko likuiditas

Risiko ini mengacu pada kemungkinan suatu saham tidak memiliki pembeli maupun penjual. Masalahnya adalah jika Smart People memegang saham yang tidak likuid, kemungkinannya saham tersebut tidak bisa Smart People jual meski Smart People memerlukannya. Akhirnya, pemilik saham tidak likuid ini akan memilih untuk menjualnya dengan harga diskon. Saham yang tidak likuid ini muncul akibat emiten yang tidak dapat membayar kewajibannya.

 

Bagi seseorang yang bisa mengatasi hal ini, bahkan di saat krisis, dapat mengambil kesempatan membeli saham tidak likuid dengan harga rendah. Sebaliknya, investor yang mungkin membutuhkan uang dalam waktu dekat sebaiknya tidak membeli saham tidak likuid. 

 

Agar Smart People bisa menghindarinya, sebaiknya periksa dulu saham yang terdampak risiko likuiditas lewat kemampuan perusahaan membayar utang.

 

Dengan memahami risiko saham, Smart People dapat meminimalisir kerugian atau bahkan mengubah risiko tersebut menjadi imbal hasil. Ingatlah bahwa investor atau trader yang baik punya strategi yang baik dalam memaksimalkan imbal hasil guna menutupi kerugian yang bisa sewaktu-waktu mereka hadapi. 

 

Supaya transaksi sahammu makin lancar, manfaatkan aplikasi investasi dan trading saham RHBTRADESMARTID. Aplikasi ini sudah dilengkapi berbagai fitur untuk mempermudah kegiatan investasi dan trading di mana saja dan kapan saja. Download aplikasi RHB Tradesmart di Play Store dan App Store sekarang!

RHB Smart Talk

Tonton pembahasan menarik mulai dari ide trading, analisa fundamental, dan analisa teknikal untuk emiten saham pilihan

Setiap hari Senin-Jumat jam 8.45 pagi bersama tim riset RHB Sekuritas

PT RHB Sekuritas Indonesia

Revenue Tower 10-11th Floor
District 8, SCBD Lot 13
Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53
Jakarta, 12190

021-50939888 (Hunting RHB SI)
021-50939700 (Support OLT)

www.rhbtradesmart.co.id
id.support@rhbgroup.com

Download Sekarang

PT RHB Sekuritas Indonesia terdaftar dan diawasi oleh

© 2021 owned by RHB Sekuritas Indonesia
Terms & Condition Internal