Fenomena saham gocap sering dialami oleh para investor, baik yang pemula maupun yang sudah berpengalaman sekalipun. Istilah ini mengacu pada saham-saham yang diperdagangkan pada harga Rp50 saja. Tidak hanya potensi imbal hasilnya saja, namun kerugian yang mengintai juga kerap menjadi perbincangan.
Mengapa Banyak Saham ‘Nyangkut’ di Harga Gocap?
Saham-saham dengan harga Rp50 atau saham gocap sebenarnya mencerminkan fenomena yang cukup kompleks di pasar saham Indonesia. Pasalnya, salah satu alasan utama mengapa saham-saham tersebut berada di harga Rp50 yakni karena adanya kebijakan BEI yang membatasi harga saham pada level ini.
Berbagai saham yang harganya turun dengan drastis dan tidak lagi mempunyai fundamental kuat akhirnya diperdagangkan di level yang sangat rendah. Dengan likuiditas yang rendah, saham ini sulit untuk bergerak naik atau turun sehingga harganya terjebak di angka Rp50.
Selain itu, faktor psikologis seringkali juga berperan besar. Ada sejumlah investor yang mempertahankan saham gocap dengan harapan akan kembali naik meskipun secara fundamental sudah tidak mendukung lagi. Dalam kondisi tersebut, saham-saham ini bisa saja terjebak dalam waktu yang lama sehingga harganya dirasa ‘nyangkut’ di angka Rp50.
Saham Tidur vs Saham Mati: Bagaimana Membedakannya?
Dalam investasi saham, ada dua istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan fenomena saham gocap yang tidak bergerak. Adapun istilah yang dimaksud yakni saham tidur dan saham mati. Meskipun sering dianggap sama, keduanya tentu berbeda.
1. Saham Tidur
Merupakan saham yang terlihat tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu, namun masih mempunyai potensi untuk bangkit kembali. Saham-saham ini bisa dikatakan tertidur karena harga yang stagnan, namun ada faktor tertentu yang dapat mendorong pertumbuhannya.
Beberapa faktor yang dimaksud seperti perusahaan yang berinovasi mengeluarkan produk baru, adanya restrukturisasi di internal perusahaan, hingga mendapatkan kontrak atau penawaran besar yang dapat meningkatkan kinerja keuangan dari emiten tersebut.
Secara umum, saham tidur ini tidak mengalami penurunan fundamental yang drastis. Oleh karena itu, ada peluang bagi investor untuk mendapatkan imbal hasil jika harga sahamnya bangkit.
2. Saham Mati
Di sisi lain, ada saham yang sudah mengalami penurunan fundamental bahkan berada di titik yang sangat buruk. Perusahaan yang menerbitkan saham mati ini mungkin saja sudah mengalami kebangkrutan sehingga tidak memungkinkan untuk bangkit kembali.
Selain itu, hampir tidak ada faktor pendorong yang dapat mengangkat harga saham tersebut. Bahkan sering ditemukan, tidak ada investor yang tertarik untuk membeli dan memiliki saham tersebut karena likuiditasnya yang sangat rendah.
Beberapa investor menganggap bahwa membeli saham yang mati sama saja dengan kehilangan nilai investasi. Oleh karena itu, beberapa investor lebih memilih untuk menghindari saham yang sudah mati guna memberikan peluang imbal hasil yang lebih baik.
Saham dengan Harga Rendah, Worth It untuk Masuk?
Kondisi dan fenomena saham gocap seringkali dipandang sebagai peluang untuk mencari imbal hasil yang besar bagi investor. Sebaiknya, Smart People perlu berpikir lagi, apakah saham harga rendah bisa dinilai sebagai saat yang tepat untuk “masuk”? Menurut Ilham Fitriadi Budiarto, M.M, CTA, technical analyst RHB Sekuritas Indonesia, berikut beberapa strategi entry saham berdasarkan teknikal untuk Smart People:
- Tentukan trend-nya
Apakah saham tersebut memiliki uptrend? Sideways? Downtrend?
- Identifikasi pola
Apakah ada pola yang mengindikasikan adaknya kenaikan? Lihat pola double bottom, inverse head and shoulder, cup and handle, dan sebagainya.
- Tentukan level target profit dan stop loss
Biasanya level target profit dan stop loss memiliki perbandingan 1:2, misalnya stop loss target levelnya 5%, maka target profitnya 10%.
- Beli saham yang dipilih dan ikuti target plan
Saham yang Sukses Keluar dari Zona Gocap
Lantas, apakah ada saham yang sukses keluar dari zona gocap? Jawabannya, ada. Di pasar modal Indonesia sendiri, terdapat beberapa contoh saham yang pernah terjebak di harga Rp50, namun berhasil keluar dan mengalami lonjakan harga secara signifikan.
Salah satu contohnya pada saham perusahaan yang terafiliasi Grup Bakrie di tahun 2022. Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) beranjak dari zona gocap per 30 Maret 2022 di mana saat itu, saham menguat ke level Rp57 setelah bertahun-tahun berada di zona Rp50. Per 27 Maret 2025, saham DEWA sudah meningkat tajam ke angka Rp107.
Itulah beberapa hal mengenai fenomena saham gocap yang sering menimbulkan kekhawatiran namun juga dinilai sebagai peluang. Meskipun tetap memiliki risiko, dengan terus belajar dan melakukan riset mendalam, Smart People dapat menerapkan strategi investasi yang tepat guna mendapatkan potensi imbal hasil yang maksimal.
Untuk mengoptimalkan analisis saham, Smart People perlu menggunakan aplikasi investasi dan trading terbaik. Gunakan RHB Tradesmart ID yang telah dilengkapi berbagai fitur smart untuk aktivitas investasi Anda. Download sekarang di Play Store atau App Store!
Referensi:
Hayes, Adam. (2024). Dollar-Cost Averaging (DCA) Explained With Examples and Considerations. Diakses dari Investopedia.com
Hema, Yuliana. (2023). Membangunkan Saham Tidur dan Mati Suri. Diakses dari insight.kontan.co.id
Resta, Kemas. (2025). Mengungkap Fakta Saham Gocap: Apa yang Harus Anda Ketahui?. Diakses dari Kompasiana.com
Rianto, Surya. (2024). Memahami Cara Cuan dari Investasi Saham di Harga Murah. Diakses dari Mikirduit.com
Suryahadi, Akhmad. (2022). Saham Grup Bakrie Mulai Beranjak, Mana yang Paling Menarik?. Diakses dari investasi.kontan.co.id