<< Back

Emiten yang Berhasil Bangkit dari Krisis Ekonomi 1998

krisis-1998-emiten-bertahan

Kondisi ekonomi yang tidak stabil hingga mengalami krisis, merupakan ancaman bagi perekonomian dan keberlangsungan hidup masyarakat. Krisis ekonomi 1998 adalah salah satu krisis yang historikal, di mana sektor pasar modal mengalami penurunan sangat signifikan. Hal tersebut terjadi karena permintaan menurun yang berdampak juga pada performa bisnis. Alhasil, skala produksi pun diturunkan dan memicu layoff.

Bagi investor saham, peristiwa krisis ekonomi mendorong mereka untuk menjual instrumen miliknya karena kekhawatiran terhadap menurunnya nilai saham jika tetap dipertahankan saat krisis. Di tengah respon pasar yang tidak pasti ini, beberapa emiten ada yang berhasil bertahan dan bangkit dari krisis ekonomi tahun 1998.

Tantangan Besar yang Dihadapi Emiten pada Krisis 1998

Krisis tahun 1998 merupakan kejadian memorable bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, pada saat itu kondisi keuangan turun drastis dan penuh ketidakpastian. Dari sisi pasar modal, terdapat fakta yang mencengangkan. Pada tahun 1997, terdapat tiga puluh perusahaan yang masuk di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemudian disusul pada tahun 1998 terdapat enam perusahaan yang melakukan IPO dan tercatat di BEI.

Penurunan jumlah perusahaan yang go public sepanjang 1997-1998 menandakan turunnya pertumbuhan pasar saham secara drastis sekitar 80%, di mana pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan berada pada minus 13,13%. Penurunan drastis tersebut semakin diperparah dengan kondisi politik dan ekonomi yang memburuk pada Mei 1998, sehingga menekan tren pencatatan saham IPO.

Dapat disimpulkan bahwa tantangan besar yang dihadapi emiten saat krisis tahun 1998 adalah mengembalikan tingkat pertumbuhan pasar modal. Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga perlu segera diperbaiki. Hal tersebut bisa terwujud jika perusahaan mampu memperbaiki kondisi keuangan internal dan kembali go public, sehingga IHSG semakin meningkat. Tentunya, semua itu perlu dukungan kebijakan pemerintah pada pertumbuhan ekonomi.

Strategi Emiten untuk Bertahan dan Bangkit Kembali

Bertahan hingga bangkit dari krisis ekonomi adalah suatu hal yang hebat. Diperlukan kemampuan perusahaan untuk memilih dan menerapkan strategi bertahan yang paling sesuai. Berdasarkan data dari BEI, dari 36 perusahaan yang tercatat di BEI sepanjang 1997-1998, tersisa 25 perusahaan yang masih berstatus sebagai perusahaan terbuka. Hal tersebut menandakan bahwa 11 perusahaan lainnya sudah go private atau delisting karena mengalami kerugian triliunan rupiah akibat menurunnya nilai tukar rupiah.

Salah satu perusahaan yang masih bertahan di pasar modal selama 25 tahun adalah PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Perusahaan ini resmi mencatatkan sahamnya di bursa pada 15 Juni 1998, di mana hanya sebulan setelah reformasi. Dua perusahaan lainnya yang mencatatkan sahamnya pada tahun 1998 adalah PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY).

Berdasarkan track record di atas, beberapa perusahaan tersebut membuktikan kemampuannya untuk bertahan dan bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi. Berdasarkan pengalaman saat krisis 1998, Astra mendiversifikasi portofolio bisnisnya, sehingga tercipta lindung nilai alami atau natural hedge untuk menghadapi fluktuasi mata uang. Diversifikasi itu adalah melakukan kegiatan ekspor di sektor otomotif dan komoditas.

Strategi yang dilakukan perusahaan lainnya adalah dengan menarik investor asing untuk membeli sahamnya. Fluktuasi mata uang akibat krisis ekonomi dapat diatasi dengan memperbanyak investor asing. Dalam hal ini, kepemilikan asing sangat membantu keluar dari krisis dan membangkitkan kondisi keuangan internal perusahaan.

Emiten yang Kini Menjadi Pemimpin Pasar

Menjadi pemimpin pasar adalah impian dari setiap perusahaan, di mana nilai sahamnya pasti tinggi dan selalu mendapat respon positif dari pelaku pasar. Emiten yang berhasil menjadi pemimpin pasar sudah pasti banyak diinginkan oleh para investor.

Berdasarkan data BEI pada Senin, 24 Maret 2025, dari total 911 saham, sebanyak 20 saham mengalami kenaikan pembobotan. Dari 20 saham tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memimpin dengan kenaikan bobot 9% dari sebelumnya yaitu 8,3%. Posisi berikutnya adalah saham milik PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yang bergerak di sektor energi, khususnya pertambangan (batu bara, mineral) dan energi terbarukan (EBT). Posisi ketiga adalah PT Petrosea Tbk (PTRO) yang berada di sektor pertambangan, infrastruktur, dan jasa migas.

Pelajaran Berharga dari Para Investor

Banyak pelajaran berharga yang diperoleh saat melakukan praktik investasi. Pada saat kondisi ekonomi stabil, kegiatan investasi akan lebih lancar dan memberikan imbal hasil potensial. Akan tetapi, berbeda halnya jika kondisi ekonomi tidak stabil, bahkan mengalami krisis. Dari fenomena krisis ekonomi 1998, banyak investor merasakan risiko investasi berupa anjloknya harga saham bahkan tidak memperoleh imbal hasil. Pertumbuhan pasar modal juga lesu.

Berbagai risiko itu muncul karena banyak faktor, seperti perubahan regulasi serta ketidakstabilan politik dan ekonomi. Dengan memahami kondisi lemahnya pasar modal, investor menjadi paham mengenai faktor penyebab turunnya nilai investasi.

Dari pengalaman tersebut, investor harus peka terhadap kondisi ekonomi dan melihat potensi saham. Menggunakan analisis fundamental dan teknikal ternyata benar-benar membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Satu hal yang penting adalah perlunya diversifikasi portofolio agar tidak menggantungkan perolehan imbal hasil pada salah satu saham.

Belajar dari fenomena krisis ekonomi 1998, strategi investasi yang tepat juga sangat penting. Selain melibatkan strategi, investasi akan lancar dan menghasilkan jika dioperasikan melalui aplikasi RHB Tradesmart ID. Aplikasi trading saham ini dilengkapi Smart Analyzer untuk memudahkanmu memilih saham potensial.

Referensi:

Ariyanti, Duwi Setiya dan Hidayatullah, Mochammad Ryan. (2025). BBCA, AADI, PTRO Cs Makin Berpengaruh bagi IHSG. Diakses dari https://premium.bisnis.com/.

Don, Cuan. (2021). Ulang Tahun ke-43, Ini Sejumlah Tantangan, Pencapaian, dan Rencana Bursa Efek Indonesia. Diakses dari https://bisnismuda.id/.

Dwiantika, Nina. (2024). 6 Hal Ini Bisa Dilakukan oleh Investor untuk Hadapi Krisis Ekonomi. Diakses dari https://amp.kontan.co.id/.

Kumparan.com. (2022). BEI: Krisis Ekonomi Beri Ruang bagi Perusahaan Cari Dana di Pasar Modal. Diakses dari https://kumparan.com/.

Rajendra, Rizqi. (2023). Investor Asing Getol Borong Saham saat Krisis Moneter 1998. Diakses dari https://market.bisnis.com/.

Rhbtradesmart.co.id. (2023). Tetap Bisa Bertahan! Ini Cara Investasi Saham saat Krisis Ekonomi. Diakses dari https://rhbtradesmart.co.id/.

Timorria, Iim Fathimah. (2023). 25 Tahun Reformasi, Ini Perusahaan yang IPO saat Krisis 1998 dan Bertahan. Diakses dari https://market.bisnis.com/.

Usman, Rashif. (2025). Menilik Strategi Astra International Jaga Kinerja di Tengah Sentimen Pelemahan Rupiah. Diakses dari https://investasi.kontan.co.id/.

RHB Smart Talk

Tonton pembahasan menarik mulai dari ide trading, analisa fundamental, dan analisa teknikal untuk emiten saham pilihan

Setiap hari Senin-Jumat jam 8.45 pagi bersama tim riset RHB Sekuritas

PT RHB Sekuritas Indonesia

Revenue Tower 11th Floor
District 8, SCBD Lot 13
Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53
Jakarta, 12190

021-50939888 (Hunting RHB SI)
021-50939700 (Support OLT)

www.rhbtradesmart.co.id
id.support@rhbgroup.com

Download Sekarang

PT RHB Sekuritas Indonesia terdaftar dan diawasi oleh

© 2021 owned by RHB Sekuritas Indonesia
Terms & Condition Internal