<< Back

7 Kebiasaan Buruk Saat Investasi Saham, Hindari!

Investasi dan trading saham terbilang punya level risiko yang cukup tinggi bila dibandingkan jenis instrumen lainnya. Walau begitu, tidak sedikit investor saham, khususnya pemula, yang melakukan beberapa kebiasaan buruk sehingga mereka lebih riskan terkena kerugian.

Mengenali dan memahami kebiasaan buruk adalah salah satu cara kita bisa meminimalisir kerugian dan meningkatkan manfaat saat menanamkan modal di pasar saham. Cara tahu apa kebiasaan-kebiasaan yang harus dihindari di artikel berikut ini.

1. Tidak Melakukan Diversifikasi

Hal yang paling tidak dianjurkan dalam sebuah investasi dan trading saham adalah menaruh seluruh portofolio pada satu aset. Jika hal ini tidak diperhatikan dan menjadi kebiasaan, cepat atau lambat Smart People akan merasakan dampak buruknya.

Ada pepatah yang sering muncul dalam dunia investasi, yakni “jangan menaruh semua telurmu di satu keranjang”. Artinya ialah jangan menanamkan modal hanya pada satu aset yang sama. Smart People perlu berinvestasi di beberapa aset yang berbeda. Cara ini disebut dengan diversifikasi.

Diversifikasi dilakukan untuk menghindari kemungkinan kerugian total yang bisa terjadi bila Smart People meletakkan seluruh uangmu di satu aset saja.

Metode ini menerapkan investasi yang seimbang dengan membagi aset di beberapa tempat. Tempat tersebut bisa berupa instrumen yang saling berbeda.

Seorang investor bisa memiliki investasi yang terbagi menjadi deposito, obligasi, dan saham dengan persentase yang berbeda. Selain menaruh di beberapa instrumen yang berbeda, investor juga dapat menyimpan seluruh investasinya ke saham-saham yang berbeda. Masing-masing saham berasal dari dua atau lebih industri atau perusahaan yang beragam.

2. Menggunakan Dana Darurat Untuk Investasi atau Trading

Kebanyakan orang yang baru mengikuti saham berpikir bila investasi ataupun trading saham merupakan jalan pintas untuk melipatgandakan uang mereka. Dengan alasan itu pula, mereka rela menggunakan uang yang seharusnya dipakai membayar tagihan atau dana darurat lainnya untuk berinvestasi saham.

Jika ada seseorang yang memberi iming-iming kaya secara instan lewat saham, sebaiknya Smart People segera menjauh. Sebab, investasi saham pada kenyataannya tidak sesederhana itu.

Memang benar, saham bisa memberikan manfaat. Namun, hal tersebut dibarengi oleh ilmu, pengalaman, serta mental kuat untuk memutar modal di pasar saham.

Kebanyakan investor maupun trader pernah mengalami yang namanya kerugian. Walau begitu, mereka mampu belajar dan mengatur strategi kembali untuk memperoleh manfaat yang diharapkan.

Menanamkan uang lewat investasi yang sehat berarti juga menghindari menaruh uang yang sejatinya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan disimpan untuk keadaan darurat.

Intinya adalah uang yang Smart People investasikan itu adalah uang yang Smart People sanggup relakan. Bila kejadian terburuk datang menimpamu, kondisi keuanganmu tidak akan terpengaruh hingga Smart People sampai harus berhutang.

3. Tidak Menyaring Informasi yang Didapat

Tentu kita sering mendengar pernyataan ini dalam berbagai aspek kehidupan. Apalagi sekarang pergerakan informasi sudah semakin kencang akibat adanya sosial media.

Walau begitu, tidak semua informasi yang kita dapatkan menyajikan sesuatu secara faktual. Hal ini berlaku juga saat kita menonton pemberitaan tentang tren atau mendengar kabar jaminan manfaat dari suatu saham. Jangan langsung menerima itu meski dari seorang profesional maupun media terkenal sekalipun.

Tugas seorang yang menyediakan waktunya untuk investasi ataupun trading saham adalah membaca segala informasi dari sumber-sumber terpercaya, lalu mengecek kembali secara kritis. Dengan tetap teliti akan apa yang akan datang, seseorang bisa menghindari kerugian besar di kemudian hari.

4. Tidak Bertindak Cepat Ketika Mengalami Loss

Risiko kerugian memang akan selalu ada dalam investasi saham. Namun, investor dan trader yang baik dapat mencegah loss atau penurunan yang berkembang dengan langsung mengambil keputusan.

Mereka tidak akan ragu untuk menjual saham begitu alasan untuk menahannya sudah tidak memungkinkan lagi, entah itu dalam hitungan jangka pendek maupun jangka panjang.

Hal yang serupa juga berlaku pada saat menjual saham. Bedanya, banyak investor atau trader yang terburu-buru menjual sahamnya begitu melihat harganya naik. Padahal, nilai dari saham tersebut punya kesempatan untuk naik lebih tinggi lagi.

5. Salah Menerapkan Averaging Down

Average down dapat menjadi strategi lain saat menghadapi saham yang turun. Dalam hal ini, seseorang bisa melakukan pembelian kedua dari saham yang telah dibelinya (yang mana sedang anjlok) untuk menutup kerugian atau menambah manfaat begitu nilainya kembali ke harga semula.

Penerapan averaging down dapat berjalan optimal bila dipraktekkan bila bertujuan investasi, dengan syarat fundamentalnya baik seperti saham blue chip. Namun, hal itu cukup berisiko bila dilakukan untuk tujuan trading. Banyak kasus kegagalan trading yang bermula dari hal ini.

Cara sebaliknya, yaitu averaging up, tergolong lebih efektif bagi trader terutama bagi tipe swing trader yang akan tetap memegang sahamnya selama kondisi pergerakan harga sahamnya masih uptrend/bullish.

Baca juga: Apa Bedanya Trading Saham dan Investasi Saham?

6. Menggunakan Leverage

Meski bagus untuk mendukung kenaikan manfaat, leverage atau hutang merupakan hal yang sebaiknya dihindari, terutama bagi investor dan trader yang belum berpengalaman. Sebab, dampak kerugian yang dapat ditimbulkan oleh leverage lebih membebani daripada manfaat yang ditawarkannya.

Investasi saham sendiri saja sudah cukup menguras mental, apalagi bila di dalamnya ada leverage yang harus siap digantikan.

7. Tidak Menentukan Time Horizon

Banyak sekali investor saham yang tidak memikirkan secara matang rencana investasinya ke depan.

Tujuan utama dari pembukaan akun investasi adalah memenuhi kebutuhan jangka panjang, entah itu biaya pensiun, properti, atau pendidikan anak. Dengan menentukan tujuan apa yang ingin dicapai, investor bisa memasang time horizon yang sesuai untuknya.

Bila berencana membeli rumah, Smart People bisa berinvestasi dalam jangka waktu medium (2-10 tahun) hingga akhirnya siap menjual sahammu. Berbeda lagi bila Smart People sedang menyiapkan dana untuk pensiun, investasi dalam jangka waktu lebih dari 10 tahun merupakan opsi terbaik.

Itulah beberapa kebiasaan buruk yang sebaiknya dihindari saat melakukan investasi dan trading saham. Memahami baik dan buruk serta diantaranya merupakan langkah yang berguna untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan kerugian saat terjun di dunia saham.

Manfaatkan yuk aplikasi trading saham RHBTRADESMARTID yang sudah dilengkapi dengan berbagai fitur untuk memudahkan investor dan trader di mana saja & kapan saja. Download aplikasi RHB Tradesmart di Playstore dan Appstore sekarang.

RHB Smart Talk

Tonton pembahasan menarik mulai dari ide trading, analisa fundamental, dan analisa teknikal untuk emiten saham pilihan

Setiap hari Senin-Jumat jam 8.45 pagi bersama tim riset RHB Sekuritas

PT RHB Sekuritas Indonesia

Revenue Tower 10-11th Floor
District 8, SCBD Lot 13
Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53
Jakarta, 12190

021-50939888 (Hunting RHB SI)
021-50939700 (Support OLT)

www.rhbtradesmart.co.id
id.support@rhbgroup.com

Download Sekarang

PT RHB Sekuritas Indonesia terdaftar dan diawasi oleh

© 2021 owned by RHB Sekuritas Indonesia
Terms & Condition Internal