Pada bulan September 2023 lalu, Presiden Joko Widodo resmi meluncurkan bursa karbon milik Indonesia yang diselenggarakan oleh BEI. Konsep bursa atau perdagangan karbon ini bahkan tidak hanya bermanfaat untuk kepentingan lingkungan, namun secara umum berdampak bagi para investor.
Definisi Bursa Karbon
Pada dasarnya, bursa atau perdagangan karbon bukanlah hal yang benar-benar baru. Menurut Peraturan OJK No. 14/2023, sistem bursa yang satu ini mengatur perdagangan karbon maupun pencatatan kepemilikan dari unit karbon.
Dengan kata lain, perdagangan karbon terdiri dari mekanisme berbasis pasar melalui kegiatan jual beli unit karbon. Hal ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang tentunya akan berdampak langsung pada pemanasan global.
Istilah unit karbon sendiri mengacu pada bukti atau sertifikat kepemilikan yang dinyatakan dalam satu ton karbondioksida. Bukti ini dicatat dalam suatu sistem bernama SRN PPI (Sistem Registrasi Nasional Pengendalian Perubahan Iklim).
Perdagangan karbon sendiri dapat digambarkan sebagai berikut. Misalnya negara X mempunyai industri yang menghasilkan emisi karbon atau rumah kaca, sedangkan negara Y mempunyai potensi sumber daya alam yang dapat menyerap emisi karbon tersebut.
Melalui mekanisme perdagangan ini, negara Y akan mengeluarkan sertifikat penyerapan karbon yang dapat dibeli oleh negara X. Tidak hanya antarnegara, mekanisme ini juga dapat dijalankan oleh perusahaan dengan sistem jual beli kredit karbon dalam batasan tertentu.
Manfaat Umum Bursa Karbon
Pada dasarnya, bursa karbon menjadi tempat atau pasar perdagangan izin sebagai bagian dari upaya mengurangi emisi karbon dan perubahan iklim. Mekanisme bursa ini bahkan sudah diterapkan di beberapa negara karena manfaatnya yang besar, yaitu:
1. Mendorong upaya global dalam mengurangi emisi
Pengurangan emisi dan efek rumah kaca memang menjadi concern utama dari pengadaan bursa perdagangan karbon. Dengan batasan emisi dan perdagangan izin, setiap perusahaan dan negara akan mencari cara yang inovatif dan ramah lingkungan.
Tidak hanya itu, kredit karbon yang dihasilkan juga akan memberi pendapatan guna mendanai proyek pengurangan emisi. Hal ini tentu akan membantu semua pihak dalam mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim akibat emisi yang bertambah pesat.
2. Menjadi stimulus untuk inovasi dan teknologi berkelanjutan
Adanya perdagangan karbon juga akan mendorong banyak perusahaan untuk berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan. Setiap proses pembangunan juga akan menjadi lebih efisien dengan berbagai inovasi yang menggunakan sustainable technology.
Perusahaan dengan pengurangan emisi yang besar tentu akan menghasilkan izin kredit karbon secara surplus. Surplus ini dapat dijual sehingga meningkatkan profit perusahaan guna mendukung pengembangan teknologi dan proyek-proyek teknologi ramah lingkungan.
3. Menciptakan koordinasi dan pasar internasional
Bursa dan perdagangan karbon juga memungkinkan adanya izin dan kredit karbon di tingkat internasional. Dengan demikian, ada banyak negara yang akan turun berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim dan mengurangi emisi.
Tidak hanya itu, negara-negara berkembang juga akan lebih mudah mendapatkan dukungan keuangan dari sejumlah negara maju. Caranya tentu saja dengan mendapatkan investasi pada proyek-proyek yang mengutamakan teknologi terbarukan dan pengurangan dampak emisi global.
4. Alokasi sumber daya yang transparan
Perdagangan karbon juga memerlukan perusahaan yang dapat memantau dan melaporkan emisi secara akurat dan transparan. Sumber daya juga akan dapat teralokasikan dengan efisien, bahkan meratakan kesenjangan di setiap perusahaan maupun negara.
Bursa dan perdagangan karbon memerlukan data dan informasi yang akurat. Oleh karena itu, alokasi sumber daya yang transparan dan efisien akan menciptakan kesadaran pada dampak lingkungan dan pencapaian target pengurangan emisi.
5. Membantu perusahaan dan perekonomian negara
Transaksi perdagangan melalui bursa karbon juga berpotensi besar dalam mendukung perekonomian suatu negara. Dengan adanya sistem perdagangan ini, akan semakin banyak perusahaan yang mengubah praktik bisnisnya guna menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
Dalam jangka menengah dan panjang, diharapkan akan ada lebih banyak perusahaan yang menerapkan prinsip ini. Tidak hanya akan berdampak pada perusahaan yang lebih sustainable, namun juga mendorong perekonomian Indonesia secara lebih baik.
Bursa Karbon dan Investasi Saham di Indonesia
Secara umum, bursa perdagangan karbon memang tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan pasar saham. Keduanya memang terbilang berbeda, terutama dalam segi mekanismenya di mana pada perdagangan karbon tidaklah spekulatif.
Meski demikian, bursa perdagangan karbon di Indonesia saat ini sudah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Sedikitnya, total transaksi yang terjadi sudah lebih dari 29 miliar rupiah dengan jumlah 490 ribu ton unit karbon yang sudah diperdagangkan.
Saat ini juga setidaknya sudah ada 16 perusahaan yang sudah tercatat sebagai pembeli dan penjual di mana beberapa perusahaan tersebut bahkan sudah melantai di bursa saham. Salah satunya yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Demikian beberapa hal mengenai emiten karbon dan manfaatnya yang begitu besar. Sebagai seorang investor saham, Anda dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak emisi karbon misalnya dengan berinvestasi pada saham-saham emiten di bidang energi terbarukan.
Guna mendapatkan informasi mengenai emiten dan saham mana saja yang dapat diburu, kamu perlu menggunakan aplikasi investasi saham yang tidak hanya kaya fitur namun juga anti-lag. Download RHB Tradesmart ID dari Play Store atau App Store sekarang juga!
Referensi:
Dwi, Chandra. (2023). Jelang Bursa Karbon Besok, Saatnya Berburu Saham Ini. CNBC Indonesia.
Ki, Max. (2023). Apa Itu Bursa Karbon? Proses, Fungsi, Dampak, dan Negara Yang Menggunakannya. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Putri, Diva Lufiana dan Firdaus, Farid. (2023). Mengenal Bursa Karbon, Cara Kerja, dan Manfaatnya Bagi Dunia. Kompas.comSaputra, Bayu. (2023). Publik Diminta Tak Bandingkan Bursa Karbon dengan Pasar Saham. Antaranews.com
