Pandemi Covid-19 sudah berlangsung sejak setahun lebih. Tentunya, hal tersebut mempengaruhi banyak sektor, salah satunya iklim trading dan investasi saham. Banyak orang menjalankan trading saham secara masif sehingga meski pandemi masih berlangsung namun aktivitas trading cenderung mengalami peningkatan.
Ya, kegiatan jual beli saham di beberapa negara memang cenderung meningkat meskipun pandemi masih berlangsung. Di Indonesia sendiri, peningkatan investor baru meningkat, antara 40% sampai dengan 50% dibandingkan dengan periode sebelum terjadinya pandemi.
Sementara di beberapa negara lain seperti Thailand dan Singapura, kenaikan juga terjadi dengan jumlah yang bervariasi, yakni antara 15-20% dengan pembukaan rekening efek yang meningkat sebanyak hampir 25%.
Uniknya, hampir semua peningkatan tersebut didominasi oleh kaum milenial di bawah 30 tahun. Tentunya ada berbagai alasan tersendiri sehingga transaksi saham tersebut semakin meningkat meskipun mengalami pandemi. Apa sajakah alasan yang dimaksud, berikut beberapa analisisnya.
1. Memanfaatkan momentum
Tidak dapat dipungkiri, suku bunga pada saat pandemi mengalami penurunan sehingga menjadi lebih rendah. Hal ini pun kemudian dimanfaatkan oleh para milenial untuk mulai menyisihkan uangnya untuk menjalankan trading dan investasi.
Ya, saat ini investor di bursa didominasi oleh investor lokal yang bahkan sempat mencapai lebih dari 60%. Hal ini menandakan investor dari dalam negeri banyak yang masuk ke pasar memanfaatkan momen murahnya harga saham beberapa perusahaan.
Hal ini juga tidak terlepas dari kebijakan work from home (WFH) yang dicanangkan sejak adanya pandemi. Di tengah momen PHK yang dilakukan sejumlah perusahaan, tidak sedikit karyawan yang merasakan pendapatan lebih sehingga mulai memikirkan penggunaan sisa uangnya tersebut untuk mulai berinvestasi.
2. Banyaknya sektor terbilang anti-krisis
Pandemi tidak jarang membuat banyak perusahaan mengalami penurunan transaksi bahkan mengalami krisis. Sebut saja berbagai perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, kuliner, bahkan sejumlah perusahaan lain. Kendati demikian, masih saja ada sejumlah perusahaan yang memiliki fundamental kuat sehingga harga sahamnya masih bersaing.
Sebut saja beberapa sektor usaha seperti perbankan, pertambangan, industri kertas, hingga bidang kesehatan yang sahamnya menguat mencapai ratusan persen di masa pandemi. Semuanya ini tentu memberikan kesempatan kepada trader pemula sekalipun untuk mencoba menginvestasikan uangnya pada saham-saham emiten yang menjanjikan tersebut.
Penguatan saham berbagai perusahaan tersebut memang tidak hanya dipengaruhi oleh fundamental yang baik. Namun faktor lain seperti naiknya harga komoditas, merger dan akuisisi, hingga adanya ekspansi dan ekspektasi pelaku pasar juga sedikit banyak mempengaruhi terjadinya peningkatan nilai saham dan transaksi trading saham.
3. Kesempatan transaksi yang lebih fleksibel
Di era pandemi, banyak orang mulai bekerja dari rumah atau menjalankan sejumlah usaha kecil-kecilan secara online. Aktivitas seperti ini tentunya akan sangat mendukung karena Smart People bisa memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
Tidak jarang, aktivitas trading yang dilakukan secara online membuat siapa pun dapat menjalankannya di mana saja dan kapan saja. Sembari mengerjakan pekerjaan utama, Smart People bahkan juga bisa memantau pergerakan saham, harganya, hingga berbagai update beritanya.
Hal inilah yang kerap menjadi alasan mengapa banyak investor pemula mulai menjalankan transaksi trading pada sahamnya. Apalagi dengan berbagai kebijakan emiten yang banyak terjadi selama pandemi, tentu juga membuat fleksibilitas kegiatan trading ini dapat dilakukan secara optimal.
4. Semakin mudahnya akses investasi
Semakin masif kegiatan para emiten, maka akses untuk mengenal dan belajar trading saham maupun investasi semakin mudah. Hal inilah yang juga menyebabkan semakin banyak saja investor dan trader pemula bermunculan dan meramaikan bursa investasi di berbagai sektor.
Lagi pula, investasi dan trading berbagai jenis saham kini dapat dilakukan secara mudah melalui berbagai gadget, mulai dari PC, komputer, hingga handphone sekalipun. Didukung oleh inovasi yang dilakukan berbagai perusahaan trading pada masa pandemi ini tentu sedikit banyak akan berpengaruh pada kemudahan akses.
Mudahnya akses pada investasi dan kegiatan trading juga banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Dengan adanya kegiatan vaksin yang mulai digalakkan sehingga membuat ekonomi mulai naik membuat banyak emiten juga mulai meningkatkan transaksi sahamnya.
5. Pengaruh media sosial
Apakah Smart People menyadari bahwa semakin ke sini, media sosial semakin berkembang dan sering kali mengiklankan investasi saham dan trading online? Ya, meningkatnya jumlah investor dan trader pemula tidak jarang membuat banyak perusahaan mulai memaksimalkan interaksi melalui sosial media dengan iklan dan berbagai strategi marketing yang lain.
Media sosial seperti Instagram dan Tiktok yang semakin digemari tidak jarang membuat broker maupun emiten membuat iklan-iklan tertentu untuk mengarahkan para penggunanya menjajal investasi dengan menyampaikan keuntungan menarik. Hal ini membuat banyak orang terpengaruh sehingga jumlah transaksi baru menjadi naik.
Terlebih dengan target pasar yang merupakan kaum milenial yang dekat dengan media sosial, tentu pengaruhnya cukup besar. Tidak mengherankan jika saat ini semakin banyak bermunculan iklan investasi dan trading yang dikemas secara menarik dan terbukti meningkatkan aktivitas trading.
Itulah beberapa alasan yang membuat aktivitas trading saham semakin meningkat meskipun tengah menghadapi pandemi sekalipun. Bagaimana, apakah kamu semakin tertarik untuk trading saham? Yuk langsung download RHB Tradesmart di Play Store maupun App Store!