Bagi sebagian trader saham, cut loss mungkin dianggap sebagai aksi yang sebaiknya dihindari. Beberapa pihak menganggap bahwa aksi menjual rugi merupakan tanda kegagalan dalam membaca pasar atau bukti keputusan entry yang keliru.
Padahal di dalam pasar yang selalu bergerak dinamis, cut loss menjadi salah satu elemen penting dari manajemen risiko yang sehat. Cut loss dapat menjadi tanda kedisiplinan seorang trader dalam menjaga modal dan mengikuti trading plan yang telah dibuat.
Oleh sebab itu, cut loss sebenarnya bukanlah keputusan buruk, asalkan dilakukan dengan sadar, terukur, dan berdasarkan analisis. Sebagai trader, Smart People harus memahami tujuan melakukan aksi jual rugi saat trading saham.
Potensi Rugi Bisa Membesar Tanpa Cut Loss
Jangan salah kira, trader saham yang tidak melakukan aksi CL, khususnya saat harga terus menurun, justru berpotensi memperbesar kerugian. Mengapa demikian? Ada beberapa implikasi di dalamnya, antara lain:
1. Modal Terkunci pada Saham yang Tidak Produktif
Menahan saham yang terus merugi dapat menyebabkan modal hanya akan terikat pada aset yang tidak memberikan imbal hasil. Langkah ini berpotensi menghambat trader untuk memanfaatkan peluang investasi lain.
Contohnya, seorang trader memiliki modal sebesar Rp30 juta yang terikat pada saham tidak produktif, sehingga ia berpotensi kehilangan kesempatan meraih imbal hasil karena modal yang dimilikinya tertahan di saham tersebut.
2. Opportunity Cost yang Tinggi
Sederhananya, opportunity cost adalah nilai keuntungan potensial yang hilang karena investor memilih satu saham dibandingkan dengan saham lain atau aset investasi lainnya. Dalam hal ini, tidak melakukan CL pada saham yang terus mengalami penurunan berarti meningkatkan opportunity cost.
Dana yang terikat pada saham yang terus menurun tidak dapat digunakan untuk membeli saham lain. Misalnya, saham-saham yang sedang dalam tren naik.
3. Risiko Suspensi dan Delisting
Jangan lupakan risiko suspensi dan delisting pada saham-saham yang terus mengalami penurunan. Jika hal ini sampai terjadi, trader tidak hanya mengalami kerugian dari penurunan harga, tetapi juga kehilangan likuiditas karena tidak dapat menjual saham tersebut di pasar.
Jaga Modal agar Tetap Bisa Masuk ke Peluang Berikutnya
Salah satu tujuan utama melakukan strategi cut loss dalam trading saham adalah menjaga modal agar tetap dapat dimanfaatkan untuk peluang investasi yang lain. Dengan demikian, trader membatasi kerugian pada tingkat tertentu dan menghindari potensi kerugian yang lebih besar jika harga terus menurun.
Selain itu, aksi jual rugi memungkinkan trader untuk tetap memiliki likuiditas dan fleksibilitas dalam mengambil peluang investasi lainnya. Maka dari itu, aksi cut loss juga disebut sebagai sebuah strategi trading saham untuk mengelola risiko secara cermat.
Cut Loss adalah Bagian dari Manajemen Risiko
Manajemen risiko dalam trading saham adalah strategi-strategi yang digunakan trader untuk melindungi modal dari kerugian yang berlebihan, sehingga tidak sampai mengganggu aktivitas trading. Salah satu strategi manajemen risiko dalam trading adalah cut loss.
Contohnya, seorang trader menetapkan batas kerugian seperti 5–10% dari harga beli. Jadi, ketika harga saham turun hingga menyentuh batas tersebut, trader harus segera menjualnya. Namun, tentu saja dalam menentukan batas kerugian tersebut tidak boleh asal-asalan dan harus dianalisis oleh setiap trader. Lalu, setiap trader juga harus mematuhi dan disiplin dengan batas yang sudah dibuat.
Jadi, cut loss bukanlah bentuk kekalahan seorang trader, melainkan salah satu bentuk perlindungan. Cut loss merupakan bagian penting dari manajemen risiko yang bertujuan menjaga modal dan memastikan trader dapat bertahan dalam jangka panjang.
Evaluasi Setelah Cut Loss Penting untuk Perbaikan
Cut loss memang menjadi salah satu strategi yang penting dalam trading saham. Namun, perlu diingat bahwa setiap melakukan aksi jual rugi, seorang trader juga harus melakukan evaluasi.
Evaluasi setelah cut loss merupakan proses meninjau kembali keputusan menjual saham yang terus menurun untuk memahami apa yang salah dan menghindari kesalahan yang sama di kemudian hari. Lalu, agar trader dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan manajemen risiko saat trading.
Evaluasi setelah jual rugi bisa dilakukan dengan mencatatkannya di trading journal. Ada beberapa aspek yang bisa ditinjau ulang, misalnya alasan entry, dasar dalam melakukan cut loss, perhitungan posisi (jumlah lot dan risiko yang ditanggung), dan manajemen emosi.
Hindari Overcut: Memotong Posisi Terlalu Cepat
Namun, strategi jual rugi tidak boleh dilakukan sembarangan karena dapat berujung pada aksi overcut. Secara umum, overcut adalah tindakan menjual saham secara berlebihan dan terlalu cepat, tanpa perencanaan dan analisis yang matang. Biasanya aksi overcut didorong oleh emosi trader seperti panik atau ketakutan terhadap kerugian yang belum tentu berlanjut.
Misalnya, seorang trader membeli saham di level Rp10.000 dan menetapkan batas cut loss di Rp9.500. Namun, saat harga turun sedikit ke Rp9.850, trader tersebut panik dan langsung menjual sahamnya tanpa pertimbangan yang matang. Padahal, belum ada sinyal kuat bahwa tren penurunan akan berlanjut.
Lantas, bagaimana cara menghindari overcut saat trading? Smart People dapat melakukan beberapa cara seperti menentukan batas jual rugi yang jelas, menggunakan analisis teknikal dan fundamental, rutin mencatat dan mengevaluasi setiap transaksi, serta lebih disiplin dan sabar.
Dengan memahami beberapa tujuannya, Smart People tidak perlu khawatir bahwa aksi jual rugi selalu berdampak buruk bagi portofolio. Smart People dapat menggunakan aplikasi RHB Tradesmart ID untuk selalu memantau pergerakan pasar setiap hari. Aplikasi RHB Tradesmart ID bisa diunduh secara gratis di Google Play Store dan App Store.
Referensi:
Denny Tebe. 2025. “Cut Loss: Pengertian, Tujuan, dan Strategi”. Media Indonesia
Emily Norris. 2024. “Limiting Losses: What It Means, How It Works”. Investopedia.com
RHB Tradesmart. 2022. “Jangan Takut Cut Loss, Begini Strateginya!”.
Shalli Irda. 2024. “Kapan Harus Cut Loss? Ikuti Tips Ini agar Risiko Trading Terkelola”. DetikFinance