<< Back

Investor Smart Harus Tahu, Ini Penjelasan Second Layer Thinking!

asian-man-woman-indonesian-office

Ada satu hal penting yang membedakan seorang investor baru dengan investor yang sudah lama berpengalaman. Hal itu adalah cara berpikirnya, yang dikenal memiliki second layer thinking atau second level thinking. Penasaran dengan istilah second layer thinking ini? Smart People bisa simak ulasannya di bawah ini. 

Apa Itu Second Layer Thinking

Second layer thinking atau second level thinking merupakan konsep yang dipopulerkan oleh Howard Marks, pendiri dari Oaktree Capital Management. Pada dasarnya, second layer thinking merujuk pada cara berpikir dalam membedakan apa yang terlihat secara nyata di permukaan, dengan apa yang mungkin tersembunyi di bawah permukaan tersebut. 

Orang-orang yang tergolong first layer thinking biasanya cenderung tidak berpikir panjang. Mereka fokus pada hasil yang cepat dan konsekuensi yang jelas dari tindakan yang dilakukannya. Namun, orang yang tergolong second layer thinking, akan berpikir lebih dalam, mencoba menganalisis apa riak yang bakal ditimbulkan hingga efek jangka panjang, dari tindakan yang dilakukannya. 

Pola pikir seperti ini terutama sekali begitu populer di kalangan investor atau trader saham. Sebagai contoh, investor dengan first level thinking akan memiliki pikiran bahwa saat sebuah perusahaan melaporkan kinerja keuangan dengan pendapatan yang besar, artinya harga saham perusahaan itu akan  meningkat. Lantas, bagaimana dengan investor second layer thinking

Dalam situasi seperti ini, investor dengan second level thinking akan mempertimbangkan berbagai risiko yang mungkin dihadapi perusahaan. Mereka juga akan berpikir, apakah pasar terlalu optimis hingga melebih-lebihkan prospek perusahaan? Jika ya, harga saham bisa saja turun meskipun perusahaan mencatat pendapatan besar. 

Dalam mengembangkan konsepnya ini, Howard Mark berpegang pada 3 prinsip. Prinsip yang pertama adalah manajemen risiko. Seorang investor harus paham bahwa risiko tidak selalu terlihat dengan jelas. Risiko yang sebenarnya itu berada pada potensi terjadinya kerugian permanen atas modal perusahaan. 

Kemudian, prinsip yang kedua adalah siklus pasar. Howard Mark mengemukakan bahwa penting untuk mengenali siklus alamiah dari pasar saham. Memiliki pola pikir yang berkebalikan dengan kondisi pasar saham juga tak boleh dikesampingkan. Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya berinvestasi pada nilai intrinsik sebuah saham, bukannya pada sentimen pasar atas saham tersebut. 

Berpikir Berbeda dari Yang Lain

Penerapan second level thinking sangat penting dalam berinvestasi saham. Sebelum mengambil keputusan, investor harus memahami berbagai aspek yang mempengaruhi saham perusahaan atau kondisi pasar. Dengan begitu, investasi yang dilakukan saat ini dapat memberikan imbal hasil yang diharapkan di masa depan.

Misalnya saja, investor first layer thinking akan berpikiran bahwa saat sebuah perusahaan dianggap bagus, maka itu waktu yang tepat untuk membeli sahamnya. Namun, investor second layer thinking akan berpikiran bahwa anggapan bagusnya perusahaan akan membuat ekspektasi orang meningkat sehingga saham jadi overpriced dan overrated. Saat itulah waktu tepat untuk menjual sahamnya.

Pengaplikasian second layer thinking juga tepat dilakukan pada saat perusahaan memberikan laporan pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Pada situasi tersebut, biasanya investor first layer thinking akan berupaya untuk membeli saham secepat mungkin, yang menyebabkan kenaikan harga. Lalu, bagaimana dengan investor second layer thinking

Investor second layer thinking akan mempertanyakan banyak hal. Mulai dari apakah pertumbuhan ini sifatnya akan berkelanjutan atau hanya akan terjadi sekali ini saja. Seberapa pengaruh dari berita positif perusahaan pada harga saham saat ini, hingga apa saja risiko yang berkemungkinan akan mematahkan pertumbuhan pendapatan perusahaan. 

Jadi Tetap Skeptis

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak investor dengan second layer thinking akan membantunya dalam menentukan apakah saham perusahaan itu bersifat overvalued atau harga pasarnya melebihi nilai intrinsiknya. Selain itu, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memudahkan investor untuk mengambil keputusan investasi, baik itu menjual ataupun membeli. 

Untuk mengembangkan second level thinking, investor perlu membiasakan diri mempertanyakan alasan di balik pergerakan pasar saham. Jangan langsung ikut-ikutan mayoritas investor secara impulsif. Sebaliknya, cari tahu terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi situasi yang sedang terjadi.

Agar bisa melatih kemampuan second layer thinking, seorang investor harus memiliki keinginan yang tinggi untuk bersikap skeptis atas suatu situasi yang sedang terjadi. Gali sebanyak mungkin data terkait dengan situasi tersebut, lalu cobalah berpikir secara independen. Meskipun kedengarannya membutuhkan kerja yang keras, namun hal ini akan melahirkan seorang investor yang superior.  

Dukung Second Layer Thinking dengan Investasi via RHB Tradesmart ID

Seperti yang disebutkan sebelumnya, untuk mencapai imbal hasil di atas rata-rata, dibutuhkan second layer thinking. Pola pikir yang berbeda dari investor saham kebanyakan ini juga bisa didukung oleh hasil analisis saham. Smart People bisa dapatkan hasil analisis saham pilihan dengan memanfaatkan fitur SMART unggulan yang dihadirkan oleh RHB Tradesmart ID. 

RHB Tradesmart ID hadir dengan fitur Smart Analyzer, fitur yang memungkinkan Smart People untuk memperoleh analisis atas pergerakan saham secara real time. Nantinya, hasil analisis ini bisa dimanfaatkan saat pengambilan keputusan investasi, sehingga imbal hasil di atas rata-rata bisa diperoleh. Selain Smart Analyzer, juga tersedia fitur Smart Rate, Smart Fee, dan Smart Points. 

RHB Tradesmart ID menghadirkan fitur SMART untuk dukung aktivitas investasi dan trading saham. Unduh RHB Tradesmart ID dan kumpulkan imbal hasil investasi di atas rata-rata 

Sumber: 

Shah, Nimesh. 2017, September 15. Expert Take: Second-level thinking and smart investment decisions. The Economic Times. Diakses pada tanggal 17 Januari 2025 melalui https://economictimes.indiatimes.com/markets/stocks/news/expert-take-second-level-thinking-and-smart-investment-decisions/articleshow/60524218.cms?utm_source=contentofinterest&utm_medium=text&utm_campaign=cppst

Tech Edge Team. Second-Level Thinking. Tech Edge. Diakses pada tanggal 17 Januari 2025 melalui https://www.techedge.org.uk/second-level-thinking/

Tamim Team. 2024, Agustus 22. The Power of Second-Level Thinking: Beyond the Obvious in Investing. Tamim. Diakses pada tanggal 17 Januari 2025 melalui https://tamim.com.au/market-insight/the-power-of-second-level-thinking-beyond-the-obvious-in-investing/

RHB Smart Talk

Tonton pembahasan menarik mulai dari ide trading, analisa fundamental, dan analisa teknikal untuk emiten saham pilihan

Setiap hari Senin-Jumat jam 8.45 pagi bersama tim riset RHB Sekuritas

PT RHB Sekuritas Indonesia

Revenue Tower 10-11th Floor
District 8, SCBD Lot 13
Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53
Jakarta, 12190

021-50939888 (Hunting RHB SI)
021-50939700 (Support OLT)

www.rhbtradesmart.co.id
id.support@rhbgroup.com

Download Sekarang

PT RHB Sekuritas Indonesia terdaftar dan diawasi oleh

© 2021 owned by RHB Sekuritas Indonesia
Terms & Condition Internal